REPUBLIKA.CO.ID, Uzbekistan. Ia adalah sebuah dataran tua di Asia Tengah yang hidup dengan banyak legenda dan sastra. Jika namanya disebut, benak kita segera dibawa pada padang pasir tanpa batas dengan deretan karavan unta, menara-menara anggun, madrasah-madrasah dan makam berarsitektur oriental, lembar-lembar sutra cantik, sulaman emas kelas dunia, dan pemandangan budaya Islam di Abad Pertengahan nan eksotik. Itulah Uzbekistan. Sebuah negeri yang terkenal dengan jalur sutera yang menghubungkan benua Eropa dan Asia melalui Cina sejak dulu.
Uzbekistan berbatasan dengan Kazakhstan di sebelah Utara, Kyrgystan di sebelah Timur, Tajikistan di sebelah Timur Laut, serta Turkmenistan dan Afghanistan di sebelah selatan. Keadaan alamnya terdiri dari dua pertiga padang pasir dan semi padang pasir serta selebihnya terdiri dari pegunungan, lembah dan dataran dengan.
Negeri berluas wilayah 447.400 kilometer persegi ini memiliki dua musim cuaca dengan perbedaan ekstrem khas iklim kontinental. Musim panasnya lebih panjang dan jarang hujan. Temperatur rata-rata pada bulan Juli mencapai 32 derajat Celcius, bahkan di siang hari dapat mencapai 40 derajat Celcius.
Uzbekistan memiliki musim dingin yang pendek dengan hujan salju yang sedikit pula. Uzbekistan adalah juga bangsa multikultur, antara lain terdiri dari bangsa Uzbek, Rusia, Tajik, Kazakhs, dan Tatar. Bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa Uzbek yang serumpun dengan bahasa Turki. Namun, sebagian masyarakatnya berbicara pula dalam bahasa Rusia, sebagai bukti peninggalan zaman Uni Soviet.
Penduduk Uzbekistan mayoritas memeluk Islam Sunny (Hanafi), selain itu juga terdapat pemeluk Kristen Orthodoks, Yahudi, bahkan atheis. Pengaruh Islam mulai masuk ke Uzbekistan pada abad ke-8 dan meninggalkan kebudayaan Islam, seperti cabang ilmu pengetahuan, agama, dan arsitektur. Beberapa kota terkenal sebagai kota-kota peradaban Islam. Seperti Samarkand yang merupakan pusat Kekaisaran Timur Leng (Dinasti Ikhan) dan Ulugbek.
Makam Imam Bukhari, pentafsir hadist Nabi Muhammad SAW, pun berada di Samarkand walau ia lahir di Bukhara. Samarkand adalah juga ibukota pertama Uzbekistan. Sedangkan, Bukhara adalah bekas ibukota keamiran Bukhara. Selain itu kota Samarkand, Bukhara, dan Khiva juga merupakan pusat peradaban Islam yang dikenal sebagai jalur sutra yang menghubungkan Eropa dan Cina.
Timur Leng, salah seorang negarawan besar asal Uzbekistan, di puncak kekuasaannya menjangkau Mongolia, Laut Tengah, selatan Rusia dan India, bahkan akhirnya menaklukkan kemaharajaan Ottoman pada akhir abad ke-14. Ia juga menjadi pemimpin spiritual dan ahli strategi perang Uzbekistan yang lahir pada tahun 1336 di masa kejayaan Mongol. Timur Leng berambisi untuk membuat Samarkand, kota kedua terbesar di Uzbekistan, menjadi pusat dunia.
Sebelumnya, Uzbekistan merupakan gabungan dari tiga buah kerajaan Islam yaitu Bukhara, Khiva, dan Kokand, yang pada 1860-1870 diduduki Kekaisaran Rusia. Republik Uzbekistan berdiri pada 1924. Namun, di Mei 1925, Uzbekistan dimasukkan menjadi salah satu bagian dari 15 republik dibawah kekuasaan Uni Soviet. Sejak 31 Agustus 1991 negara dengan penduduk sebanyak 2 juta jiwa itu menyatakan kemerdekaan dan kedaulatannya terpisah dari Uni Soviet hingga meliputi sebuah daerah otonom Kara Kaplak.
Walau 60 persen Muslim dan berlatar belakang Islam, sejauh ini penghayatan terhadap agama Islam di Uzbekistan belum mendalam karena adanya pembatasan terhadap kebebasan beragama pada jaman Uni Soviet.
Usaha untuk mengembangkan agama Islam kini mulai terlihat, antara lain peningkatan jumlah pembangunan masjid yang sebelum 1989 hanya berjumlah 160 buah kini menjadi ribuan. Selain itu, telah diaktifkan kembali institusi-institusi pendidikan Islam, seperti madrasah hingga pendirian perguruan tinggi Islam di Tashkent. Uzbekistan yang kaya akan kekayaan alamnya ini menjadi salah satu saksi naik turunnya peradaban dunia.
Ia juga menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan di Asia Tengah. Banyak bukti kejayaan peradaban Islam sejak abad ke-14 dan kedalaman hati pada Tuhan terserak di negara bertambang emas terbesar di dunia yang terletak di padang Kyzyl Kum. Sekarang, tanpa kehilangan aura romantisnya, Uzbekistan telah menjadi sebuah areal industri dengan pengembangan agrikulturnya.
Lembah Fergana yang merupakan sebuah oase luas yang memperoleh pengairan dari terusan-terusan dari anak sungai Amudarya dan Syrdarya ini menjadi pusat pertanian dan penghasil kapas. Kombinasi dari kekunoan dan modernitas yang tumbuh bersama tersebut berusaha menarik kedatangan turis dan bisnisman dari seluruh penjuru dunia. Tak kurang dari empat jam perjalanan udara dari Moskow menuju Tashkent, ibukota negara Uzbekistan, kita dapat mencapai kota terbesar di Asia Tengah ini.