REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China mengatakan telah bersepakat dengan India untuk menjalin dialog guna menyelesaikan ketegangan antarnegara. Masalah itu dipicu oleh bentrokan yang melibatkan pasukan kedua negara di wilayah perbatasan, tepatnya di Ladakh.
"China dan India telah sepakat untuk tetap di jalur dialog dan konsultasi guna menyelesaikan masalah yang relevan dan bekerja untuk meredakan situasi di lapangan serta menegakkan perdamaian dan ketenangan di daerah perbatasan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Zhao Lijian pada Rabu (17/6), dikutip laman resmi Kemlu Cina.
Zhao mengungkapkan, komunikasi telah dijalin melalui saluran diplomatik dan militer. Menurut Zhao, India dan China memiliki kepentingan yang lebih besar dibandingkan perbedaan.
"Kedua belah pihak perlu dengan setia mengikuti konsensus penting yang dicapai antara kedua pemimpin untuk memastikan bahwa hubungan China-India akan berlanjut di jalur yang benar sesuai dengan kepentingan dan harapan kedua bangsa. Kami berharap pihak India akan bekerja dengan kami dan bertemu dengan pihak China di jalan tengah," kata Zhao.
Pada kesempatan itu, Zhao enggan menjawab pertanyaan tentang jumlah tentara Cina yang tewas dalam bentrokan dengan pasukan India. Tentara China dan India terlibat perkelahian di wilayah Ladakh pada Senin (15/6) lalu.
Kendati tak ada kontak senjata, kejadian itu menyebabkan 20 tentara India tewas. Sementara pasukan China dikabarkan memiliki 40 korban jiwa, termasuk seorang komandan.
Menurut seorang sumber di pemerintahan India, pasukan kedua negara terlibat konfrontasi fisik dengan menggunakan batang besi serta batu. Bentrokan berlangsung selama beberapa jam.
China dan India memiliki perbatasan sepanjang 3.440 kilometer. Keduanya mempunyai klaim wilayah yang tumpang tindih.
Garis demarkasi yang memisahkan klaim wilayah kedua negara di Ladakh dikenal dengan Line of Actual Control (LAC). Karena medan perbatasan berupa sungai, danau, dan tebing bersalju, garis pemisah itu dapat bergeser. Hal tersebut menyebabkan pasukan patroli perbatasan kedua negara kerap bersinggungan dan tak jarang memicu perkelahian atau kontak fisik.