REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa menyerukan China dan India melakukan deeskalasi militer di wilayah perbatasan. Hal itu menyusul terjadinya bentrokan yang melibatkan pasukan kedua negara di Lembah Galwan, Ladakh.
"Mengingat perkembangan yang mengkhawatirkan baru-baru ini di sepanjang LAC (Line of Actual Control atau garis perbatasan de facto China-India di Ladakh) antara India dan Cina, kami mendorong kedua belah pihak untuk menunjukkan pengekangan dan terlibat dalam deeskalasi militer, serta melanjutkan dialog," kata juru bicara Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Virginie Battu-Henriksson pada Rabu (17/6), dikutip laman NDTV.
Menurut Battu-Henriksson, hal-hal itu perlu dilakukan. Ia menyebut deeskalasi militer sangat krusial untuk membangun kepercayaan dan mencapai solusi damai yang penting guna menjaga perdamaian serta stabilitas di kawasan.
Pemerintah China mengatakan telah bersepakat dengan India untuk menjalin dialog guna menyelesaikan masalah bentrokan yang melibatkan pasukan kedua negara di wilayah Ladakh.
"China dan India telah sepakat untuk tetap di jalur dialog dan konsultasi guna menyelesaikan masalah yang relevan dan bekerja untuk meredakan situasi di lapangan serta menegakkan perdamaian dan ketenangan di daerah perbatasan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Zhao Lijian pada Rabu, dikutip laman resmi Kemlu China.
Dia mengungkapkan, komunikasi telah dijalin melalui saluran diplomatik dan militer. Menurut Zhao India dan China memiliki kepentingan yang lebih besar dibandingkan perbedaan.
Tentara China dan India terlibat perkelahian di wilayah Ladakh pada Senin (15/6) lalu. Kendati tak ada kontak senjata, kejadian itu menyebabkan 20 tentara India tewas. Sementara pasukan China dikabarkan memiliki 40 korban jiwa, termasuk seorang komandan.
Menurut seorang sumber di pemerintahan India, pasukan kedua negara terlibat konfrontasi fisik dengan menggunakan batang besi serta batu. Bentrokan berlangsung selama beberapa jam.
China dan India memiliki perbatasan sepanjang 3.440 kilometer. Keduanya mempunyai klaim wilayah yang tumpang tindih. Garis demarkasi yang memisahkan klaim wilayah kedua negara di Ladakh dikenal dengan Line of Actual Control (LAC).