Kamis 18 Jun 2020 09:40 WIB

Alasan Mengapa Sedekah Sebaiknya Diam-Diam Menurut Ghazali

Imam Al Ghazali menyebutkan hikmah di balik sedekah sembunyi-sembunyi.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Imam Al Ghazali menyebutkan hikmah di balik sedekah sembunyi-sembunyi. Ilustrasi Sedekah
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Imam Al Ghazali menyebutkan hikmah di balik sedekah sembunyi-sembunyi. Ilustrasi Sedekah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Allah SWT memberikan pahala kepada hamba-Nya yang bersedekah secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. 

 

Baca Juga

Allah tidak mengurangi pahala sedikit pun apa yang dilakukan hamba-Nya atas kedunya mengenai sedekah terang-terangan tidak termasuk riya.   

 

Namun kata, Imam Abu Hamid Al Ghazali, dalam Kitabnya Ihya Ulumiddin, memberikan sedekah dengan sembunyi-sembunyi itu dapat terselamat dari riya dan kemasyuran. 

 

Diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW bahwa sedekah yang paling utama adalah sedekahnya orang miskin dengan sembunyi-sembunyi, yang dengan jerih payahnya, dia mendapatkan harta, kemudian dia menyedekahkannya kepada orang yang tidak dikenal. 

 

"Barangsiapa menyebut-nyebut sedekahnya, berarti menginginkan kemasyhuran. Dan barang siapa yang membeli di tengah-tengah orang banyak, dia adalah ahli riya," kata Imam Ghazali.

 

 

 

Menurut Imam Ghazali, orang-orang terdahulu berusaha keras untuk menyembunyikan sedekahnya sehingga mereka tidak suka jika orang miskin yang diberi itu mengetahui siapa pembelinya. Karena itu ada di antara mereka yang lebih suka bersedekah kepada orang-orang miskin yang buta. 

 

Demi menjaga dari kemasyuran dan riya, kata Imam Ghazali, ada orang yang memasukkan uang di saku orang miskin yang sedang tidur, ada pula yang memberikan sedekahnya kepada orang miskin melalui perantara orang lain. Tujuan itu semua agar orang miskin itu tidak mengetahui sipemberiannya, sehingga orang yang diberi itu tidak merasa malu.

 

"Jika dalam bersedekah yang dicari kemasyhuran dan untuk diperlihatkan kepada orang lain maka kebaikan yang menjadi rusak dan dosa pasti diperoleh," katanya.

 

Imam Ghazali menceritakan, kisah penyesalan tentang kemasyuran seperti dialami Mu'adz bin Jabal RA. Pada suatu saat, ketika Umar bin Khattab RA datang ke Masjid Nabawi, dia melihat Mu'adz RA menangis sambil duduk di dekat makam Nabi Muhammad SAW. Maka Umar bin Khattab bertanya mengapa dia menangis.  

 

Mu'adz menjawab bahwa dia mendengar dari Rasulullah, bahwa sedikit bagian dari riya itu juga syirik. Sesungguhnya Allah SWT, sangat mencintai orang-orang yang tinggal di pojok-pojok yang tidak dikenal, jika dia pergi tidak ada yang mencarinya dan jika dia datang di suatu majelis tak seorangpun yang mengenalnya, hati mereka adalah pelita hidayah dan merekalah orang-orang yang selamat dari tempat yang gelap gulita.  

 

Imam Ghazali menegaskan, banyak sekali hadits dan ayat Alquran yang membicarakan tentang keburukan Riya. 

 

Meskipun demikian dalam beramal secara terang-terangan kadang-kadang ada kemaslahatan agama, misalnya, sebagai dorongan (targhib) kepada orang lain. 

 

Misalnya kalau yang bersedekah itu hanya beberapa orang saja, maka keperluan agama tidak bisa terpenuhi. Tetapi bila ada orang yang bersedekah dengan terang-terangan, banyak orang akan mengikutinya sehingga sedekah banyak terkumpul dan kepulauan agama terpenuhi.  

 

Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah bersabda "Orang yang membaca Alquran dengan suara keras seperti orang yang bersedekah dengan terang-terangan dan orang yang membaca Alquran yang dengan suara pelan perlahan seperti orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi," 

 

 

 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement