REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerbitan Sukuk Global Indonesia kebanjiran pemesanan hingga 6,7 kali lipat dari target pemerintah sebesar 2,5 miliar dolar AS. Di tengah kondisi pasar yang masih sangat bergejolak, penerbitan Sukuk Global kali ini dinilai mendapatkan respon yang sangat baik dari para investor global dan lokal.
Dilansir keterangan pers Kementerian Keuangan RI, Rabu (17/6), orderbook mencapai 16,66 miliar dolar AS atau sebesar hampir 6,7 kali di atas target Pemerintah sebesar 2,5 miliar dolar AS. Dengan besarnya orderbook tersebut, Pemerintah dapat menekan harga sampai 70 bps dari harga penawaran awal (initial price guidance) dan di bawah indikatif fair value.
Penerbitan Sukuk Global ini menggunakan struktur akad Wakalah dan telah mendapatkan opini syariah dari DSN MUI maupun dari International Islamic Scholars. Underlying Asset yang digunakan berupa Barang Milik Negara (BMN) termasuk tanah dan bangunan (51 persen) dan proyek Pemerintah tahun 2020 (49 persen).
Transaksi ini mendapatkan permintaan yang luar biasa dari investor global yang qualified dan beragam, memperkokoh pasar sukuk yang semakin dalam, dan menunjukkan kepercayaan investor yang kuat terhadap Indonesia.
Adapun distribusi investor untuk tenor 5 tahun sebesar 32 persen investor syariah (Timur Tengah dan Malaysia), 5 persen investor Indonesia, 40 persen investor Asia (kecuali Indonesia), 12 persen investor Amerika Serikat dan 11 persen investor Eropa.
Tenor 10 tahun didistribusikan sebesar 31 persen investor syariah, 5 persen investor Indonesia, 34 persen investor Asia (kecuali Indonesia), 18 persen investor Amerika Serikat dan 12 persen investor Eropa.
Sedangkan untuk tenor 30 tahun didistribusikan sebesar 10 persen untuk investor syariah, 5 persen investor Indonesia, 44 persen investor Asia (kecuali Indonesia), 8 persen investor Amerika Serikat dan 33 persen investor Eropa.