Kamis 18 Jun 2020 12:15 WIB

Penerbitan Sukuk Global RI Kebanjiran Order 6,7 Kali Lipat

Pemerintah RI menargetkan penerbitan sukuk global sebesar 2,5 miliar dolar AS.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Sukuk (ilustrasi)
Foto: The middle east magazine online
Sukuk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerbitan Sukuk Global Indonesia kebanjiran pemesanan hingga 6,7 kali lipat dari target pemerintah sebesar 2,5 miliar dolar AS. Di tengah kondisi pasar yang masih sangat bergejolak, penerbitan Sukuk Global kali ini dinilai mendapatkan respon yang sangat baik dari para investor global dan lokal.

Dilansir keterangan pers Kementerian Keuangan RI, Rabu (17/6), orderbook mencapai 16,66 miliar dolar AS atau sebesar hampir 6,7 kali di atas target Pemerintah sebesar 2,5 miliar dolar AS. Dengan besarnya orderbook tersebut, Pemerintah dapat menekan harga sampai 70 bps dari harga penawaran awal (initial price guidance) dan di bawah indikatif fair value.

Baca Juga

Penerbitan Sukuk Global ini menggunakan struktur akad Wakalah dan telah mendapatkan opini syariah dari DSN MUI maupun dari International Islamic Scholars. Underlying Asset yang digunakan berupa Barang Milik Negara (BMN) termasuk tanah dan bangunan (51 persen) dan proyek Pemerintah tahun 2020 (49 persen).

Transaksi ini mendapatkan permintaan yang luar biasa dari investor global yang qualified dan beragam, memperkokoh pasar sukuk yang semakin dalam, dan menunjukkan kepercayaan investor yang kuat terhadap Indonesia.

Adapun distribusi investor untuk tenor 5 tahun sebesar 32 persen investor syariah (Timur Tengah dan Malaysia), 5 persen investor Indonesia, 40 persen investor Asia (kecuali Indonesia), 12 persen investor Amerika Serikat dan 11 persen investor Eropa.

Tenor 10 tahun didistribusikan sebesar 31 persen investor syariah, 5 persen investor Indonesia, 34 persen investor Asia (kecuali Indonesia), 18 persen investor Amerika Serikat dan 12 persen investor Eropa.

Sedangkan untuk tenor 30 tahun didistribusikan sebesar 10 persen untuk investor syariah, 5 persen investor Indonesia, 44 persen investor Asia (kecuali Indonesia), 8 persen investor Amerika Serikat dan 33 persen investor Eropa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement