Kamis 18 Jun 2020 16:23 WIB

Pemkot Solo Gencar Sosialisasi Tunda Hamil Selama Pandemi

Pemkot menilai ibu hamil memiliki risiko tinggi tertular Covid-19 selama pandemi

Rep: Binti Sholikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bayi memakai Face Shield (ilustrasi). Pemerintah Kota (Pemkot) Solo melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) gencar melaksanakan sosialisasi agar masyarakat menunda kehamilan selama pandemi Covid-19. Hasilnya, angka kehamilan di Kota Solo stabil dari Maret-Mei 2020
Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO
Bayi memakai Face Shield (ilustrasi). Pemerintah Kota (Pemkot) Solo melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) gencar melaksanakan sosialisasi agar masyarakat menunda kehamilan selama pandemi Covid-19. Hasilnya, angka kehamilan di Kota Solo stabil dari Maret-Mei 2020

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pemerintah Kota (Pemkot) Solo melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) gencar melaksanakan sosialisasi agar masyarakat menunda kehamilan selama pandemi Covid-19. Hasilnya, angka kehamilan di Kota Solo stabil dari Maret-Mei 2020.

Kepala DPPKB Kota Solo, Purwanti, mengatakan, Kota Solo tidak mengalami kenaikan angka kehamilan secara signifikan seperti daerah-daerah lain. Jumlah ibu hamil di Solo sampai dengan Mei 2020 stabil, artinya tidak mengalami kenaikan yang drastis.

Purwanti merinci, jumlah ibu hamil pada Januari 2020 sebanyak 956 orang, Februari 924 orang, Maret 781 orang, April 797 orang, dan Mei 783 orang."Kan memang selama ini jumlah ibu hamil dalam satu tahun itu berkisar 10.000-11.000. Kalau per bulannya segitu kan wajar," ujarnya kepada wartawan, Kamis (18/6).

Menurutnya, Pemkot gencar melakukan sosialisasi menunda kehamilan. Sosialisasi dilakukan sejak Pemkot menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Covid-19. "Kami melakukan edukasi terkait Covid-19 sekaligus juga mengingatkan tentang menunda kehamilan, jadwal KB, seperti itu," imbuhnya.

Menurutnya, DPPKB memang mencegah agar para ibu tidak hamil dulu di masa pandemi. Sebab, saat pandemi, risiko ibu hamil untuk terkena infeksi lebih tinggi. Jika infeksi dialami seorang ibu hamil, maka rentan terjadi keguguran, serta komplikasi kehamilan.

"Risiko juga kalau dia mendatangi pelayanan kesehatan. Sehingga memang kami edukasinya ke arah sana. Kami tiap hari masih keliling terus saya turun langsung dengan bu lurah," paparnya.

Di sisi lain, Purwanti menyatakan peserta KB baru justru mengalami penurunan. Meskipun persentase penurunannya kecil, di bawah 1 persen. Namun, angkanya turun sekitar 20-an setiap bulan. 

Karenanya, DPPKB gencar melakukan sosialisasi agar peserta KB baru mengalami peningkatan. Saat melakukan sosialisasi, DPPKB juga membawa alat kontrasepsi untuk dibagikan kepada masyarakt.

"Memang kami sekaligus juga antisipasi kalau mereka ke fasilitas kesehatan (faskes) dalam kondisi seperti ini berisiko juga. Makanya kami sambil bawa yang mereka selama ini menggunakan kontrasepsi kami beri supaya mereka tidak perlu ke faskes," pungkasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement