REPUBLIKA.CO.ID, LADAKH -- India memperingatkan China agar tak membuat klaim yang berlebihan dan tidak dapat dipertahankan menyoal kedaulatan wilayah Lembah Galwan, Kamis (18/6). Kedua negara berusaha untuk mengakhiri perselisihan di wilayah Himalaya menyusul bentrokan mematikan yang terjadi pada Senin malam.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri India Anurag Srivastava mengatakan kedua pihak telah sepakat untuk menangani situasi dengan bertanggung jawab. "Membuat klaim yang berlebihan dan tidak dapat dipertahankan bertentangan dengan pemahaman ini," katanya dalam sebuah pernyataan dikutip laman Aljazirah.
Menurut Srivastava, bentrokan terjadi karena upaya pihak Cina untuk secara sepihak mengubah status quo di perbatasan. "Kami tetap yakin perlunya menjaga perdamaian dan ketenangan di daerah perbatasan serta penyelesaian perbedaan melalui dialog," kata Srivastava dalam keterangan resmi.
Kedua belah pihak saling menuduh menghasut bentrokan Senin malam antara pasukan mereka di Lembah Galwan, bagian dari wilayah yang disengketakan di wilayah Ladakh.. Laporan-laporan media mengatakan para perwira senior militer dari kedua belah pihak diperkirakan akan bertemu pada Kamis untuk meredakan situasi, tetapi tidak ada konfirmasi dari kedua pihak.
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi memperingatkan New Delhi untuk tidak meremehkan tekad Beijing dalam melindungi apa yang dianggapnya sebagai wilayah kedaulatannya. Komentarnya muncul melalui telepon dengan mitranya dari India, Subrahmanyam Jaishankar, Rabu (17/6) waktu setempat.
Wang mengatakan China menuntut agar India melakukan penyelidikan menyeluruh dan menghukum dengan keras mereka yang bertanggung jawab. "Sisi India sebaiknya tidak membuat penilaian yang salah terhadap situasi, lebih baik tidak meremehkan tekad kuat China untuk mengamankan wilayah kedaulatannya," kata Wang dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kementerian luar negeri.
Dia mengulangi klaim China bahwa India bertanggung jawab penuh atas konflik. China melihat pasukan India telah melewati garis batas dua negara yang disebut Line of Actual Control (LAC) membagi ribuan tentara dari kedua belah pihak yang dikerahkan di daerah tersebut.
Jaishankar kemudian menuduh China mendirikan sebuah bangunan di Lembah Galvan. Tindakan ini ia sebut aksi terencana dan bertanggung jawab langsung atas kekerasan dan korban yang diakibatkannya. Menurutnya, insiden itu akan memiliki dampak serius pada hubungan India dengan Cina.
Sementara itu, Perdana Menteri India Narendra Modi memuji tentara yang tewas dalam bentrokan. "Pengorbanan mereka tidak akan sia-sia," katanya.
"Bagi kami, persatuan dan kedaulatan negara adalah hal yang paling penting. India menginginkan perdamaian, tetapi ketika diprovokasi, ia mampu memberikan jawaban yang pantas jika diprovokasi," ujarnya menambahkan.
Ribuan tentara di kedua belah pihak berhadapan selama lebih dari sebulan di sepanjang bentangan terpencil LAC 3.380 kilometer perbatasan de facto. Wilayah itu didirikan setelah perang antara India dan Cina pada 1962 yang mengakibatkan gencatan senjata.
China mengklaim sekitar 90 ribu kilometer persegi wilayah di timur laut India. Sementara India mengatakan China menempati 38 ribu kilometer persegi dari wilayahnya di Dataran Tinggi Aksai Chin di Himalaya, bagian yang berdekatan dari wilayah Ladakh.
India secara sepihak mendeklarasikan Ladakh sebagai wilayah federal dan malah memisahkannya dari wilayah Kashmir yang dikelola India pada Agustus 2019. China termasuk di antara segelintir negara yang mengecam keras langkah itu. China pun mengangkatnya di forum internasional termasuk Dewan Keamanan PBB.
Majelis Umum PBB pada Rabu malam memilih India, Meksiko, Norwegia dan Irlandia sebagai empat anggota tidak tetap Dewan Keamanan untuk tahun 2021 dan 2022. Hasilnya berarti India sekarang akan memiliki kursi di meja yang sama dengan China.