Kamis 18 Jun 2020 22:03 WIB

Pembukaan Sembilan Sektor Ekonomi Utamakan Aspek Kesehatan

Perubahan perilaku warga jadi kunci keberhasilan pembukaan kembali sektor ekonomi.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Friska Yolandha
Petugas Polisi Pamong Praja Provinsi Lampung melakukan sosialisasi protokol kesehatan di pasar tradisional di Bandar Lampung, Lampung, Rabu (17/6/2020). Sosialisasi tersebut sebagai upaya Pemerintah Provinsi Lampung dan Kabupaten/Kota untuk mencegah penyebaran wabah COVID-19 terutama jelang penerapan tatanan normal baru
Foto: ANTARA /ARDIANSYAH
Petugas Polisi Pamong Praja Provinsi Lampung melakukan sosialisasi protokol kesehatan di pasar tradisional di Bandar Lampung, Lampung, Rabu (17/6/2020). Sosialisasi tersebut sebagai upaya Pemerintah Provinsi Lampung dan Kabupaten/Kota untuk mencegah penyebaran wabah COVID-19 terutama jelang penerapan tatanan normal baru

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan penanganan virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) dan pemulihan ekonomi ibarat dua sisi dalam mata koin, artinya harus berjalan efektif dan beriringan. Karena itu, kembali dibukanya sektor ekonomi wajib mempertimbangkan aspek kesehatan.

Menurut Staf Ahli Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa dan SDA Kemenko Perekonomian Raden Edi Prio Pambudi, dalam menentukan sembilan sektor ekonomi, tentunya aspek kesehatan menjadi hal yang paling diutamakan. Dalam hal ini perhitungan risiko kesehatan kemudian menjadi dasar pengambilan kebijakan.

Baca Juga

"Kita mengambil perhitungan risiko dengan mengumpulkan data, kemudian kita lihat aspek kesehatan dan aspek sosial ekonominya. Harus dua-duanya dipertimbangkan, bahkan bobot kedisiplinan pada sektor kesehatannya ini lebih penting,"  kata Raden Edi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (Gugus Tugas Nasional) saat konferensi virtual di akun youtube saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (18/6).

Adapun perubahan perilaku masyarakat menjadi kunci keberhasilan pembukaan kembali sembilan sektor guna pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Menurut Edi, masyarakat yang disiplin terhadap protokol kesehatan akan membawa dampak positif dan memberi keuntungan bagi para pelaku sektor. Sebaliknya, masyarakat yang tidak disiplin justru akan membuat kerugian semakin besar.

"Satu yang tidak disiplin atau sekelompok orang tidak disiplin, itu akhirnya membuat sektor atau bahkan wilayah itu kembali diperketat. Berarti artinya sikap dari kelompok kecil masyarakat justru merugikan masyarakat yang lebih luas," ujarnya.

Oleh sebab itu, dalam implementasinya, pembukaan sembilan sektor ekonomi di tengah Pandemi Covid-19 tidak serta-merta kemudian mengubah jenis usaha dari sisi konvensional menjadi serba modern dan memanfaatkan penerapan teknologi, melainkan perubahan perilaku adaptif masyarakatnya.

"Sehingga tidak semata-mata kemudian kita juga memindahkan dari sisi yang konvensional menjadi berbasis teknologi, tetapi kita juga harus melihat perubahan perilaku masyarakat, untuk bisa berfikir emansipatoris," katanya.

Ia menambahkan, perubahan perilaku yang adaptif dan emansipatoris dalam hal ini juga berarti seseorang diharapkan dapat mengajak orang lain untuk disiplin dan kemudian mematuhi protokol kesehatan.

"Karena tidak bisa lagi sekarang kita memikirkan untuk diri sendiri. Jangan menganggap ringan Covid-19 ini," ujarnya.

Raden Edi juga mengatakan bahwa masyarakat harus berhati-hati jangan sampai justru membuat kerugian yang lebih besar diakibatkan oleh hal yang sepele. Sebab, proses pembukaan kembali sosial dan ekonomi adalah kebijakan jalan tengah. Misalnya apabila kemudian seseorang lalai dan tidak mematuhi protokol kesehatan yang justru kemudian membuat orang terinfeksi virus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement