REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali dilanda banjir akibat curah hujan yang tidak berhenti selama tiga hari tiga malam yang terjadi di daerah itu mengakibatkan air meluap hingga ke ruas jalan.
Kepala Pelaksana BPBD Konawe Utara Rahmatullah, saat diwawancara via WhatsApp, Kamis (18/6) malam mengatakan ada empat kecamatan yang terdampak banjir di daerah tersebut di antaranya Kecamatan Langkikima, Wiwirano Landawe dan beberapa desa di Kecamatan Oheo.
Rahmatullah mengungkapkan dari beberapa titik yang menjadi dampak banjir, hanya di Desa Tambakua Kecamatan Landawe yang menyebabkan jalur transportasi terputus.
"Kami tadi sudah turun pantau bersama Bupati. Kami kasih turun politelin atau perahu karet bantuan dari BNPB untuk membantu warga menyeberang. Itu kami lakukan antar jemput masyarakat yang mau keluar dan masyarakat yang mau masuk," kata Rahmatullah.
Dia menjelaskan selain Desa Tambakua wilayah yang juga terjadi banjir adalah, Pondoa, Polora dan Landiwo. Namun, untuk Polora airnya sudah agak surut.
"Tapi yang di Desa Linomoyo Sambandete, tadi pagi kami ke sana ke daerah Langkikima airnya belum meluap ke jalan yang di jembatan Linomoyo. Saat ini sudah meluap ke jalan dengan tinggi air hingga mencapai mata kaki," katanya.
Rahmat menyampaikan untuk akses menuju ke Sulawesi Tengah masih dapat dilalui. "Kalau yang akses ke Sulawesi Tengah masih, yang akses ke Routa yang di Desa Pondoa saja itu kemarin kebetulan dua hari saya berturut-turut pantau terus. Kemarin saya sampai di sana di Desa Pendoa saya tidak bisa tembus karena ada kali di situ yang tidak bisa dilewati karena arusnya agak deras," jelasnya.
Meskipun demikian ia mengatakan sejauh ini belum ada rumah warga yang terdampak ataupun terendam akibat adanya banjir ini.
"Alhamdulillah sampai sekarang ini belum ada tapi yang di Desa Landiwo itu dan Landawe hampir rata-rata rumah tinggi. Kemarin saya lewat belum terlalu tinggi tapi tadi sudah hampir sampai di lantai," tuturnya.
Dia menyampaikan lokasi yang terdampak banjir pada saat ini juga merupakan lokasi yang menjadi titik dampak banjir pada tahun 2019 lalu, serta salah satu penyebab banjir di daerah tersebut karena curah hujan yang tinggi dan tidak pernah berhenti hingga tiga hari tiga malam berturut-turut sehingga air sungai meluap
"Sungai Lalindo, sungai Langkikima sesuai informasi warga yang melaup sungai Langkikima dengan sungai Landawe. Yang kami khawatirkan pengalaman tahun-tahun kemarin apalagi tahun 2019 lalu kalau sungai Lasolo sudah naik, makanya kami tidak berhenti untuk memantau terus perkembangannya," pungkasnya.
Dia mengatakan bahwa saat ini Bupati Konawe Utara telah mengeluarkan surat keputusan atau SK siaga bencana banjir dan imbauan-imbauan termasuk Surat Edaran telah diedarkan untuk selalu waspada terhadap banjir karena curah hujan yang cukup intens.
Sebelumnya, pada tahun lalu, Kabupaten Konawe Utara, dilanda banjir besar-besaran dimulai sejak 2 Juni 2019. Banyak rumah warga yang hanyut dan terendam akibat banjir. Kerugian pun ditaksir ratusan miliar rupiah mencapai Rp 674,8 miliar lebih.
Kerugian terbesar pada kerusakan infrastruktur seperti jembatan, jalan, jaringan listrik Rp436, 96 miliar, ada 4 jembatan yang hanyut, dan 4 unit jembatan tidak bisa diakses, bahkan jembatan yang menghubungkan Sultra dengan Sulteng sempat terputus.
Selanjutnya perumahan dan permukiman penduduk Rp 66,4 miliar, mengingat ada 370 unit rumah penduduk yang hanyut dan 1.962 unit terendam air. Sarana dan prasarana pendidikan Rp 18,9 miliar lebih mengingat ada 14 Sekolah Dasar, 5 unit SMP, 1unit SMA, TK sebanyak 17 unit, dan PKBM satu unit.
Sedangkan sarana dan prasarana kesehatan Rp 2,49 miliar karena ada 4 unit puskesmas, 4 puskesmas pembantu, 1 unit gudang obat, dan 1 unit polindes yang terdampak banjir. Untuk kerugian pertanian mencapai Rp 43 miliar, perkebunan Rp 76,9 miliar. Lahan yanv terdampak sawah 970,3 hektare, jagung 83,5 hektare, laiinya 11 hektare, dan tambak 727,4 miliar.
Sementara, kerugian koperasi dan UMKM Rp 2,1 miliar, perdagangan Rp 600 juta, lingkungan hidup Rp 7,8 miliar, pangan Rp 306 juta, serta pemerintahan desa Rp 4,67 miliar.