Kamis 18 Jun 2020 23:13 WIB

Menperin Optimis Industri Manufaktur Segera Bergeliat

Industri manufaktur harus mengikuti penanganan kesehatan, tapi tidak boleh tertinggal

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimis, industri manufaktur bisa kembali bergeliat seperti sebelum pandemi, ketika obat atau vaksin Covid-19 telah ditemukan.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimis, industri manufaktur bisa kembali bergeliat seperti sebelum pandemi, ketika obat atau vaksin Covid-19 telah ditemukan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimis, industri manufaktur bisa kembali bergeliat seperti sebelum pandemi, ketika obat atau vaksin Covid-19 telah ditemukan. "Dalam tiga bulan, PMI Indonesia bisa kembali seperti pada Februari lalu, syaratnya obat dan vaksin ditemukan," kata Agus dalam Webinar bertema 'Menghidupkan Lagi Industri di Era Pandemi' pada Kamis (18/6). 

Sebab, bila vaksin dan obat tersebut belum ditemukan, perusahaan atau industri masih harus memberlakukan protokol kesehatan. Saat ini, kata Agus, utilisasi industri di Tanah Air sebesar 40 persen padahal biasanya menembus 75 persen. Sebab, permintaan sedang rendah.

Baca Juga

Protokol kesehatan memengaruhi mobilitas barang dan orang. "Di dalam atap industri sendiri, harus diatur ada physical distancing sehingga otomatis mengurangi jumlah pekerja dari 100 persen jadi 50 persen," kata Agus. 

Sementara saat ini, sambung Agus, pengembangan industri manufaktur harus terus dilakukan di tengah Covid-19. Hanya saja tidak boleh mendahului penanganan kesehatan. 

"Pembangunan industri manufaktur harus mengikuti penanganan kesehatan. Namun tidak boleh ketinggalan jauh, harus mepet terus," ujar dia. 

Dengan begitu, sambungnya, saat memasuki kenormalan baru atau ketika vaksin Covid-19 sudah ditemukan, manufaktur Indonesia tidak akan butuh waktu lama untuk bangkit kembali.

Agus mengatakan, sebelum Covid-19 masuk Indonesia, perekonomian nasional tengah menjanjikan. Bahkan pada Februari 2020, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di posisi 51,9. 

Angka itu merupakan yang tertinggi bagi industri manufaktur Indonsia sejak survei PMI diterbitkan. Sayangnya PMI manufaktur Indonesia menurun drastis pada Maret dan April, masing-masing 45,3 dan 27,5.

Ia menyebutkan, pada Mei PMI manufaktur nasional sedikit membaik ke 28,6. Kemungkinan besar karena adanya beberapa belanja kebutuhan Lebaran.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement