Jumat 19 Jun 2020 15:14 WIB

Bagaimana Seharusnya Sikap Muslim Menghadapi Wabah?

Menanamkan prasangka baik kepada Allah mampu menciptakan pikiran positif saat wabah.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Ani Nursalikah
Bagaimana Seharusnya Sikap Muslim Menghadapi Wabah?. Petugas kesehatan keluar dari laboratorium bergerak sebelum menganalisis sampel yang dikumpulkan selama tes massal virus corona di Jakarta, Indonesia, Kamis, 18 Juni 2020.
Foto: AP Photo/Achmad Ibrahim
Bagaimana Seharusnya Sikap Muslim Menghadapi Wabah?. Petugas kesehatan keluar dari laboratorium bergerak sebelum menganalisis sampel yang dikumpulkan selama tes massal virus corona di Jakarta, Indonesia, Kamis, 18 Juni 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wabah penyakit yang terus melanda Indonesia dan seluruh negara di dunia, tentu melahirkan sikap pesimistis dan keputusasaan. Tak sedikit orang yang lebih memilih mengakhiri hidupnya, dibandingkan terus terjerat dalam kesengsaraan selama pandemi. Dalam buku berjudul Memetik Hikmah di Tengah Wabah, karangan Ahmad Sarwat dijelaskan beberapa sikap yang dapat dilakukan umat Muslim dalam menghadapi wabah dan musibah. 

1. Berprasangka Baik Kepada Allah SWT 

Baca Juga

Menanamkan prasangka baik kepada sang Pencipta mampu menciptakan pikiran-pikiran positif, sehingga risiko stres dapat berkurang. Dalam sebuah hadits Qudsi tertulis, “Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku, karnanya hendaklah ia berprasangka semaunya kepada-Ku.”

“Berprasangka baik kepada Allah SWT itu sangat penting, karena Allah SWT sendiri yang menegaskan bahwa perlakuan-Nya kepada kita itu justru sangat bergantung dari apa yang kita sangkakan kepada- Nya. Kalau kita berprasangka buruk, maka kita pun akan mengalami keburukan. Sebaliknya, kalau kita berprasangka baik, tentu Allah SWT pun akan memberikan yang terbaik buat kita,” tulis Ahmad Sarwat. 

2. Optimis dan Berkata Baik Terus 

Bersikap optimistis dan menghadapi segala persoalan dengan pikiran dingin serta perkataan yang baik, juga mampu mengurangi segala keresahan selama pendemi. Hal ini sejalan dengan apa yang disabdakan Rasulullah dalam hadits dari Anas bin Malik RA. “Tidaklah penyakit menular tanpa izin Allah dan tidak ada pengaruh dikarenakan seekor burung, tetapi yang mengagumkanku ialah al-Fa'lu (optimisme), yaitu kalimah hasanah atau kalimat thayyibah (kata-kata yang baik),” HR. Bukhari Muslim).

Pengaruh semangat optimis juga telah dibahas oleh para ahli medis, dinyatakan bahwa salah satu faktor yang memicu penyembuhan para pasien korban covid-19 adalah mentalitas yang optimis. Selain itu Rasulullah SAW juga melarang umatnya untuk berbicara hal yang tidak baik. Rasulullah bahkan menyarankan untuk diam dibandingkan berbicara keburukan. “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (HR. Bukhari Muslim) 

3. Kewajiban Menghindari Wabah 

Segala macam penyakit dan bahaya sudah selayaknya dihindari. Perintah ini juga diungkapkan Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya, “Dan larilah dari penyakit lepra sebagaimana engkau lari dari kejaran singa.” (HR. Bukhari) Usamah bin Zaid RA meriwayatkan sabda Rasulullah SAW yang menjelaskan bahwa datangnya suatu wabah adalah sebagai peringatan Allah SWT untik menguji manusia.

Dalam riwayat yang sama, Rasulullah SAW juga memerintahkan untuk menjauhi suatu negeri yang terdampak wabah, begitu pula sebaliknya. Rasulullah bersabda, “Tha'un (penyakit menular/wabah kolera) adalah suatu peringatan dari Allah SWT untuk menguji hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu menjangkit suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya." (HR. Bukhari Muslim) 

4. Tidak Membahayakan Orang Lain 

Selain tidak boleh membahayakan diri sendiri, Rasulullah SAW juga mewajibkan umatnya menghindari segala hal yang dapat membahayakan orang lain. Nabi SAW bersabda dalam hadits riwayat Abu Said al-Khudri RA, “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain.” (HR. Malik, Daruquthni, Hakim dan Baihaqi)

Dalam bukunya, Ahmad Sarwat menjelaskan, larangan berkumpul serta penerapan jarak sosial merupakan ikhtiar pemerintah untuk menghindari penyebaran virus. Dengan melaksanakan segala protokol kesehatan yang telah ditetapkan, bukan hanya dapat menyelamatkan diri sendiri dari risiko terjangkit virus, namun juga menyelamatkan orang lain. 

5. Wajib Mengupayakan Pengobatan Syariah 

Islam telah memerintahkan kepada umat Muslim untuk selalu mengupayakan kesembuhan. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah SWT.” (HR. Muslim) “Jadi penyakit itu harus diupayakan obatnya dan bukan hanya didiamkan saja. Benar bahwa tubuh kita punya zat antibodi yang bisa melawan penyakit. Namun bukan berarti kita tidak perlu berobat,” tulisnya. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement