REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Ujaran kebencian nampaknya bukan hanya muncul di masa modern seperti saat ini saja. Di masa Nabi Muhammad SAW, ujaran kebencian bahkan dibungkus dalam sebuah syair yang maksud intinya adalah mengejek Rasulullah SAW.
Namun demikian, ujaran kebencian tersebut tak pernah meruntuhkan semangat dakwah Rasulullah. Sebaliknya, ujaran kebencian yang dilayangkan kepada beliau, justru dibalas dengan pemberian maaf yang memutarbalikkan hati si penyair yang melayangkan ujaran kebencian.
Seorang penyair kenamaan yang hidup dalam masa paganisme dan Islam Ka’ab bin Zuhair inilah yang kerap mengolok-olok Nabi. Dalam kitab Sejarah Hidup Muhammad karya Muhammad Husain Haekal disebutkan, Ka’ab bin Zuhair memang melukiskan syairnya untuk mengolok-olok Nabi.
Namun demikian, setelah Rasulullah SAW berhasil menaklukkan kota Makkah, dia segera memohon ampun dan maaf yang kemudian dimaafkan oleh Nabi. Atas permintaan maafnya yang diterima oleh Nabi itulah, Ka’ab bin Zuhair menjadi sangat kagum terhadap beliau.
Tak hanya memaafkan Ka’ab, Rasulullah SAW bahkan membukakan burda (mantel)-nya dan diberikannya kepada Ka’ab. Kemudian, serangkum puisi indah dari Ka’ab tentang Rasulullah SAW pun diciptakan dan puisi-puisi ini hidup sampai sekarang dengan beberapa adaptasi.
Antara lain melalui Bushiri dan penyair Ahmad Syauqi (1868-1932) asal Mesir yang menjadikan tema puisi tersebut dalam komposisi musik Mesir kontemporer.