REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Australia menduga China sebagai tersangka utama serangan siber yang terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu disampaikan oleh tiga orang sumber yang mengetahui dugaan pemerintah Negeri Kanguru tersebut.
Sebelumnya Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan 'ada aktor ahli berbasis negara' yang menghabiskan berbulan-bulan mencoba meretas semua level pemerintahan, lembaga politik, badan layanan esensial dan operator infrastruktur Australia. Morrison mengatakan skala peretasan sangat besar.
"Kami tahu ini aktor ahli berbasis negara karena skalanya dan sifat sasarannya," kata Morrison pada wartawan di Canberra.
Ia menolak mengatakan siapa yang Australia duga pihak bertanggung jawab atas peretasan itu. Pada Jumat (19/6), tiga sumber yang ikut rapat dalam isu ini mengatakan Australia yakin pelakunya adalah Cina.
"Ada keyakinan yang sangat tinggi China yang berada di balik serangan," kata salah satu sumber dari pemerintah Australia yang tidak bersedia disebutkan namanya karena tidak berwenang menyampaikan hal ini ke media.
Kedutaan Besar China di Canberra belum menanggapi permintaan komentar. Tahun lalu kantor berita Reuters melaporkan Australia diam-diam menyimpulkan China yang bertanggung jawab atas serangan siber.
Australia tidak pernah secara terbuka mengumumkan siapa pelaku serangan. China pun membantah bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Kepala badan intelijen siber Australia mengatakan seperti serangan tahun lalu. Dalam peretasan kali juga ini tidak ada bukti pelaku berusaha 'merusak atau mengganggu' pusat jaringan.