REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Jembatan penguhung antara Desa Sindangasih dan Desa Cayur, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya terputus akibat diterjang banjir bandang yang terjadi pada Jumat (19/6). Akibatnya, warga tidak bisa melewati akses jembatan yang berdiri di atas Sungai Cimedang itu.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Nuraedidin mengatakan, jembatan sepanjang sekira 38 meter dengan lebar 4 meter itu terputus akibat banjir bandang yang terjadi di Sungai Cimedang pada Jumat sekira pukul 02.00 WIB. Banjir bandang itu disebabkan sungai tak mampu menahan aliran air akibat terjadi hujan dengan intensitas tinggi sejak Kamis (18/6).
"Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu," kata dia, Jumat.
Kendati demikian, putusnya jembatan itu membuat warga tak bisa melewati jalur itu. Warga untuk sementara harus memutar jalan jika ingin menuju desa lain.
Sementara itu, Komandan Komando Militer (Dandim) 0612/Tasikmalaya, Letkol Inf Imam Wicaksana mengatakan, pihaknya telah menurunkan personel untuk mengecek lokasi kejadian. Setelah itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan petugas BPBD dan kepolisian untuk melakukan penanganan sejalnjutnya.
"Kami sedang mencari akses jalan lainnya yang ada di lapangan. Kemungkinan, kita akan membuat jembatan darurat. Insyaallah besok pagi kita akan aksi," kata dia.
Ia menyebut, tak ada warga yang terisolasi akibat putusnya jembatan itu. Menurut dia, masih terdapat akses jalan lain yang bisa dilalui warga. Hanya saja, jalan itu lebih jauh dan lebih sempit.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Tasikmalaya, terjadi sejumlaj kejadian bencana pada Jumat itu. Selain jembatan putus di Kecamatan Cikatomas, terdapat pula bencana tanah longsor di Kecamatan Cigalontang, Gunungtanjung, Cibalong, Sukaraja, Puspahiang, dan Parungponteng. Sementara itu, di Kecamatan Karangnunggal dan Sukaresik terjadi banjir.
Sementara itu, Bupati Tasikmalaya Ade Sugianto mengatakan, wilayahnya memang merupakan daerah rawan bencana nomor dua di Jawa Barat, terutama bencana tanah longsor. Menurut dia, bencana itu merupakan kejadian yang tidak.
"Kita minta wilayah yang longsor, desa menyiapkan BTT (biaya tak terduga). Kita sebenarnya sudah siapkan anggaran Rp 14 miliar, tapi itu kan dipakai untuk Covid-19," kata dia.