REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia pada minggu ketiga Juni 2020, inflasi Juni 2020 diperkirakan sebesar 0,02 persen secara bulanan atau month to month (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Juni 2020 secara tahun kalender sebesar 0,93 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,79 persen (yoy).
Menurut perkembangan indikator stabilitas nilai tukar, Jumat (19/6), penyumbang utama inflasi pada periode laporan antara lain berasal dari komoditas daging ayam ras sebesar 0,13 persen (mtm), telur ayam ras sebesar 0,04 persen (mtm), bawang merah dan tomat masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi, antara lain bawang putih -0,04 persen (mtm), cabai merah -0,03 persen (mtm), tarif angkutan udara -0,03 persen (mtm), cabai rawit, jeruk dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,02 persen (mtm), serta minyak goreng dan gula pasir masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).
BI berkomitmen untuk terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu. Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, bahwa Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2020 tercatat sedikit menurun dari sebesar 0,08 persen (mtm) pada April 2020 menjadi 0,07 persen (mtm). Inflasi Mei 2020 ini lebih rendah dibandingkan dengan pola inflasi pada periode Ramadan dan Idulfitri, yang dalam lima tahun terakhir rata-rata tercatat 0,69 persen (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi IHK Mei 2020 tercatat sebesar 2,19 persen (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi April sebesar 2,67 persen (yoy). Berdasarkan komponen, inflasi inti menurun dipengaruhi melambatnya permintaan domestik dan konsistensi Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi sesuai target.
Kelompok volatile food mencatat deflasi terutama dipengaruhi koreksi harga beberapa komoditas akibat melambatnya permintaan, memadainya pasokan dan terjaganya distribusi barang. Sementara itu, kelompok administered prices mencatat inflasi terutama didorong peningkatan musiman tarif angkutan udara, tarif kereta api dan rokok kretek filter.
"Ke depan, Bank Indonesia konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengendalikan inflasi tetap rendah dalam sasarannya antara 2-4 persen pada 2020 dan 2021," katanya.