REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG TENGAH – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyatakan, kebutuhan peternakan sapi di Indonesia mencapai 700 ribu ton, sedangkan peternakan yang ada baru dapat memenuhi kebutuhan 400 ribu ton. Untuk itu, dia berharap peternakan di daerah masih berpeluang mencukupi kebutuhan daging nasional
“Kita butuh peternakan 700 ribu ton, kemampuan negara kita 400 ribu ton, berarti kita butuhkan 300 ribu ton yang ada untuk kita intervensi ke depan yang lebih baik,” kata Mentan Syahrul yasin Limpo saat mengunjungi peternakan sapi pakan lokal PT Superindo Utama Jaya, di Kota Metro, Provinsi Lampung, Jumat (19/6).
Dia berharap, peternakan di Lampung dapat menggenjot produksi ternak sapinya 10 kali lipat dari saat ini, agar peluang untuk memenuhi kebutuhan daging sapi nasional dapat dicapai. Dia melihat potensi Lampung untuk mengembangkan peternakan dengan pakan lokal sangat prosfektif, karena alam dan sumber dayanya yang mendukung.
Peternakan sapi di Lampung, ujar dia, sangat strategis karena sudah memiliki pangsa pasar yang jelas. Sehingga, tidak mengalami kesulitan untuk memasarkan ternaknya. Selain itu, para peternak sapi di Lampung tidak lagi mengalami kesulitan dalam pakan ternaknya, karena tersedia cukup banyak.
“Peternakan di Lampung yang memanfaatkan pakan lokal menjadi percontohan peternak di daerah lain, agar meningkatkan kesejahteraan peternak,” kata dia.
Menurut dia, pemerintah siap membantu untuk meningkatkan kapasitas peternakan sapi di Indonesia terutama di Lampung. Untuk itu, dia juga berharap pihak perbankan memberikan bantuan berupa kredit usaha rakyat (KUR) kepada peternak, diantaranya BRI, BNI, dan Bank Mandiri.
Dia mengatakan, tidak mungkin pemerintah secara terus menerus memberikan bantuan murni kepada peternak untuk meningkatkan produksi peternakannya, karena tidak memberikan hasil yang memuaskan. Untuk itu, adanya KUR dari perbankan dapat menginvestasikan modal usaha sehingga dapat saling memberikan keuntungan.
Dirut PT Superindo Utama Jaya, Sumin (48 tahun) mengatakan, masalah breeding pakan ternak menjadi hal yang penting, karena 70 persen pakan ternak sapi yang ada membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Jadi, hal yang sekitar kita yang paling murah dan sapi suka makannya. Pakan yang sangat murah yang diperlukan yakni, onggol, jagung, rumput gajah, bungkil sawit, dan mineral lainnya.
“Kalau breeding kita harus pakan yang paling murah. Karena breeding kalau kegemukan juga susah beranak. Jadi, kalau kita untuk penggemukan seperti industri peternakan kita mengejar daging,” ujarnya.
Dia menjelaskan, dari mulai breeding tahun 2012 dari 100 ekor, sampai sekarang tahun 2020 sebanyak 3.300 ekor. Menurut dia, masalah yang paling susah kalau sapi lokal, habis jual kita beli bakalan susah, karena di sapi bakalan lokal jelek, tapi harus beli di Jawa, namun harga sapi bakalannya tinggi.
“Kendala breeding cashflow-nya berat. Karena sapi betina produktif tidak boleh untuk dipotong, sedangkan yang lahir satu bulan 65 persen betina, 35 persen jantan. Jadi cukup untuk operasional,” ujarnya.