REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 membuat PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni harus menyesuaikan operasionalnya. Direktur Utama Pelni, Insan Purwarisya mengatakan Pelni bahkan juga memaksimalkan angkutan kargo selama adanya pembatasan layanan penumpang saat pandemi.
Insan melihat masih ada sisi positif karena kapal Pelni memiliki kemampuan angkutan penumpang dan barang. "Angkutan barang kami optimalkan untuk barang dari Jakarta ke Jayapura dan Jakarta ke Medan agar distribusi berjalan," kata Insan dalam diskusi virtual, Jumat (19/6).
Dalam operasionalnya, Insan menegaskan Pelni tidak hanya harus menjaga profit secara finansial. Terlebih, saat pandemi Covid-19, tak banyak penumpang yang bisa diangkut dan bnyaknya pelabuhan yang tak dibuka saat pandemi.
Kondisi tersebut menurut Insan menjdi tantangan tersendiri sebab Pelni juga memiliki tanggung jawab lain. "Kami juga harus mencari profit nonfinansial. Pelni di sisi lain juga harus tetap menjga distribusi dan kebutuhan di timur dana," tutur Insan.
Isan memberikan contoh, saat pandemi Covid-19, Pelni sempat menghentikan oeprasional kapal dari Butung ke arah timur Indonesia. Dia mengatakan tak lama setelah itu, di wilayah timur Indonesia kesulitan ketersediaan sayur mayur dan bahan pokok lainnya.
"Bahkan waktu itu sempat harga telur di sana satu butirnya itu Rp 10 ribu karena tidak ada kapal berlayar untuk memasok kebutuhan pokok," ujar Insan.
Untuk itu, Insan menegaskan, saat itu, Pelni meminta izin kepada Kementerian Perhubungan untuk menjalankn kapal penumpang ke wilayah timur. Insan menegaskan, kapal yang dioperasikan Pelni diisi denhan barang dan setelah itu harga kebutuhan pokok di wilayah timur Indonesia berangsur normal.
"Ke depan ini (angkutan kargo) bisa menjadi pilar karena kalau penumpang kami kalah dengan Pak Irfan (Direktur Utama Garuda Indonesia). Ke Makassar dari Jakarta butuh dua hari, pesawat mungkin hanya hitungan jam," tutur Insan.