Sabtu 20 Jun 2020 19:50 WIB

Jantung Masuk Tiga Besar Penyakit Penyerta Pasien Covid-19

Masyarakat diajak terapkan gaya hidup sehat untuk terhindar dari penyakit jantung.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas medis menangani pasien diduga terjangkit corona (ilustrasi).
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Petugas medis menangani pasien diduga terjangkit corona (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Jantung Indonesia (YJI) menyebut, penyakit jantung termasuk dalam tiga besar tertinggi penyakit penyerta pasien positif virus corona (Covid-19). Peringkat pertama adalah penyakit ginjal dan kedua yaitu diabetes mellitus.

Hal ini diungkapkan Ketua Umum YJI Esti Nurjadin berdasarkan pertemuan dengan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo beberapa waktu lalu.

"Beliau menyatakan, di seluruh Indonesia, komorbid (penyakit penyerta) paling tinggi yang ada di pasien Covid-19 yaitu pertama ginjal, kedua diabetes melitus, dan ketiga jantung atau kardiovaskular," ujarnya  saat upacara peresmian pembukaan YJI Gelar 1.100 Tes Swab Gratis  untuk Lawan Covid-19, di kantor YJI, di Jakarta, Sabtu (20/6).

Meskipun penyakit kardiovaskular bukan peringkat pertama, ia menegaskan penyakit ini menjadi tiga besar komorbid yang tertinggi. Sehingga, ia menyebutkan penderita penyakit ini rentan terpapar Covid-19. "Kemudian ketika menjadi pasien Covid-19 mengalami kondisi yang parah dibandingkan dengan orang yang terpapar Covid-19 tetapi hanya orang tanpa gejala (OTG) saja," katanya.

Untuk mencegah penularan Covid-19 pada penderita jantung saat pandemi virus ini, ia meminta pasien kardiovaskular melakukan konsultasi ke dokter. Konsultasi pun bisa secara virtual.  Salah satunya RS Jantung Harapan Kita, yang memberikan konsultasi di dunia maya saat jam-jam tertentu.

Ia menyebutkan, masyarakat termasuk penderita penyakit ini bisa memilih dokter sesuai yang diinginkan. "Jadi tidak hanya dokter spesialis, siapa saja, bisa dipilih dokternya," kata dia.

Di satu sisi, ia mengajak masyarakat mengubah gaya hidup negatif agar terhindar dari penyakit ini. Sebab, dia melanjutkan, jantung adalah penyakit gaya hidup.

Salah satunya berhenti atau tidak merokok karena menyebabkan lebih rentan tertular virus. Lalu melakukan olahraga, hingga konsumsi makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

"Kalau kita bisa ubah gaya hidup kita, diharapkan ini bisa menghindari penyakit jantung dan beban BPJS Kesehatan tidak terlalu besar hingga Rp 9 triliun," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement