REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuding Dewan HAM PBB berlaku hipokrit. Pernyataan Pompeo, Sabtu (20/6) merespons Dewan HAM yang mengecam rasialisme dan kebrutalan polisi AS menyusul kematian George Floyd oleh polisi Minneapolis.
Floyd, warga AS keturunan Afrika, meninggal pada 25 Mei lalu, akibat kehabisan napas setelah polisi kulit putih menekankan lututnya ke leher Floyd selama hampir sembilan menit. Kejadian ini kemudian memicu aksi massa di dunia.
Mereka menentang kekerasan polisi AS dan ketidakadilan rasial. Pompeo menyatakan, resolusi Dewan HAM pada Jumat (19/6) mengenai kekerasan rasial di AS menunjukkan sikap rendah lembaga tersebut.
Dengan kenyataan ini, jelas Pompeo, AS berarti sudah menempuh langkah tepat mundur dari keanggotan Dewan HAM pada 2018.
‘’Dewan HAM mencakup Venezuela dan kini Kuba dan China, telah lama dan akan tetap tetap menjadi tempat nyaman bagi para diktator,’’ kata Pompeo seperti dilansir Straits Times mengutip Reuters.
Pompeo menegaskan, Dewan HAM menjadi kuburan kekecewaan bagi mereka yang benar-benar ingin menegakkan martabat kemanusiaan. Ia mengeklaim, diskursus sipil merupakan tanda demokrasi, kekuatan, dan kematangan AS.
Jika Dewan HAM serius melindungi HAM, ujar Pompeo, banyak kasus yang butuh perhatian, seperti disparitas rasial yang sistemik di Kuba, China, dan Iran. Jika Dewan HAM jujur maka akan mengakui kekuatan demokrasi AS.
Di sisi lain, mereka akan mendorong rezim-rezim otoriter mencontoh model demokrasi AS. Resolusi Dewan HAM yang mengecam ketidakadilan ras di AS diusung negara-negara Afrika. Saudara laki-laki Flyod melalui video mendesak Dewan HAM melakukan penyelidikan kasus kekerasan ras di AS yang menewaskan saudaranya itu. n