REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Produsen mobil mewah BMW tidak akan memperpanjang kontrak dari 10.000 pekerja kontraknya.
Berdasarkan Reuters, dikutip pada Ahad (21/6), menurut produsen mobil mewah asal Jerman tersebut, pihaknya berusaha untuk mengurangi kapasitasnya karena krisis yang diakibatkan oleh pandemi virus corona. Perusahaan yang berbasis di Munich mengatakan sebelumnya pada Jumat (19/6) bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan dewan pekerjaan terkait "langkah-langkah personel untuk masa depan yang berkelanjutan". BMW sendiri sebelumnya menyatakan rencananya untuk mengurangi 5.000 hingga 6.000 pekerjanya pada 2022, menurut kepala keuangannya Nicolas Peter sebagaimana dilaporkan media Jerman.
Sementara itu, dalam laporan keuangan triwulan pertama 2020, Ketua Dewan Manajemen BMW AG Oliver Zipse mengatakan bahwa BMW Group siap untuk bereaksi cepat dan tegas setiap saat terhadap perkembangan baru selama pandemi corona dengan mengidentifikasi secara sistematis berbagai skenario potensial. Pendekatan itu semakin penting mengingat BMW Group mengharapkan konsekuensi dari pandemi corona untuk membatasi operasi pabriknya untuk beberapa waktu ke depan. Selain itu, volume pengiriman di pasar-pasar utama tidak akan kembali normal dalam waktu hanya beberapa minggu.
Pada triwulan pertama 2020, BMW Group mengirimkan total 477.111 kendaraan BMW, MINI, dan merek Rolls-Royce kepada pelanggan di seluruh dunia, turun 20,6 persen dibanding periode sama 2019.