REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kawasan Malioboro, Yogyakarta dibagi menjadi lima zona. Di zona tersebut juga ditempatkan sistem barcode untuk pengunjung yang ada di kawasan Malioboro.
Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT) Malioboro, Ekwanto mengatakan, zona pertama dimulai dari Hotel Inna Garuda hingga Malioboro Mall. Zona kedua dari Malioboro Mall dilanjutkan hingga Mutiara, zona ketiga dimulai dari Halte Trans Jogja II hingga Suryatmajan, zona keempat dilanjutkan hingga Pabringan dan zona kelima dilanjutkan hingga Titik Nol Kilometer. "Masing-masing zona itu hanya boleh diisi maksimal hanya 500 orang," kata Ekwanto kepada Republika.co.id saat dihubungi melalui sambungan telepon belum lama ini.
Ekwanto menyebut, kawasan Malioboro ini tidak sama dengan tempat wisata lainnya. Sebab, kawasan ini sangat terbuka dan memiliki banyak pintu masuk.
Sehingga, masuk dan keluarnya pengunjung pun harus diatur di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Hal ini dilakukan agar mengontrol tetap dijalankannya protokol kesehatan secara disiplin dan menghindari terjadinya kerumunan.
"Mau tidak mau harus kita atur sesuai dengan instruksi pemerintah pusat terkait dengan SOP protokol kesehatan. Pintu masuk tidak boleh sama dengan pintu keluar, ini yang jadi antisipasi kami untuk mencegah kerumunan," ujarnya.
Pihaknya sendiri juga telah menyediakan 40 titik tempat cuci tangan di sepanjang kawasan Malioboro. Termasuk menyediakan thermogan untuk mengukur suhu bagi pengunjung yang akan memasuki kawasan Malioboro.
Saat ini, kawasan Malioboro sendiri sudah mulai ramai dikunjungi. Menurut Ekwanto, per harinya pengunjung bisa sampai 600 orang. "Di sisi lain kita senang Malioboro ramai, tapi di sisi lain juga harus dibatasi agar Malioboro tidak menjadi penularan baru Covid-19," jelasnya.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, dengan dibatasinya 500 pengunjung di satu zona, maka per hari kawasan Malioboro hanya bisa diisi 2.500 pengunjung. Pihaknya akan terus melakukan evaluasi penerapan sistem zona ini mengingat saat ini masih dalam transisi menuju The New Normal.
"Sementara kapasitas sehari dibatasi sampai 2.500 dari semula sekitar 10 ribu per hari. Jumlah itu akan terus dievaluasi untuk mengetahui kepadatan," kata Heroe.
Diberlakukannya sistem barcode juga sebagai upaya untuk perekaman data dari pengunjung yang ada. Sehingga, jika nantinya ditemukan kasus positif Covid-19 di Malioboro, maka akan mempermudah proses tracing (pelacakan) kontak terhadap kasus tersebut.
"Sebelum diterapkan barcode dalam sehari hanya sekitar 100 orang per hari. Kalau kita lihat kunjungan hotel juga meningkat sekitar 30 persen, bahkan ada wisatawan dari Bali, NTB, Jawa Timur hingga Jawa Tengah," jelasnya.