Ahad 21 Jun 2020 21:07 WIB

Rusia Harap India-China Bisa Redakan Ketegangan

India dan China redakan ketegangan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Muhammad Hafil
Rusia Harap India-China Bisa Redakan Ketegangan. Foto: Seorang perwira polisi Punjab (C) memberi hormat ketika ia membayar upeti di peti mati prajurit India Satnam Singh, yang terbunuh dalam bentrokan dengan tentara Cina di Ladakh, selama upacara pemakamannya di desa asli Bhojraj, dekat Gurdaspur, India, 18 Juni 2020 .
Foto: EPA-EFE/STR
Rusia Harap India-China Bisa Redakan Ketegangan. Foto: Seorang perwira polisi Punjab (C) memberi hormat ketika ia membayar upeti di peti mati prajurit India Satnam Singh, yang terbunuh dalam bentrokan dengan tentara Cina di Ladakh, selama upacara pemakamannya di desa asli Bhojraj, dekat Gurdaspur, India, 18 Juni 2020 .

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Pemerintah Rusia mengatakan mengikuti eskalasi yang terjadi di perbatasan India dengan China. Moskow berharap kedua negara dapat menemukan solusi guna meredakan ketegangan.

“Tentu saja kami khawatir dengan insiden itu. Tapi kami berharap dan yakin New Delhi dan Beijing akan menunjukkan kebijaksanaan diplomatik serta politik dengan tujuan menemukan solusi, tanpa ada intervensi dari negara-negara asing, yang akan membantu menghindari eskalasi,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Sabtu (20/6), dikutip laman kantor berita Rusiaa TASS.

Baca Juga

Peskov menyebut Rusia selalu siap menawarkan layanan dan membantu menyelesaikan konflik antara negara-negara yang merupakan mitra serta sekutunya. Dalam pandangannya, China dan India merupakan sekutu dekat Rusia.

Pada 15 Juni lalu, pasukan India dan China terlibat bentrok di Lembah Galwan, Ladakh. Daerah itu masuk dalam Line of Actual Control (LAC) yakni perbatasan de facto kedua negara.

Meski tanpa kontak senjata, bentrokan mengakibatkan 20 tentara India tewas. Sementara China disebut memiliki 40 korban jiwa, termasuk seorang komandan.

Menurut seorang pejabat di pemerintahan India, pasukan kedua negara terlibat bentrok dengan menggunakan tongkat besi dan batu. Kontak fisik berlangsung selama beberapa jam.

Pasca peristiwa itu, India dan China saling tuding sebagai pihak yang terlebih dulu melanggar LAC. Hal ini tak terlepas dari klaim teritorial kedua negara yang tumpang tindih di wilayah tersebut.

Beijing mengklaim India telah secara sepihak membangun jalan serta jembatan di LAC sejak April. Kemudian pada 6 Mei, pasukan India disebut melintasi perbatasan untuk membangun benteng serta barikade.

Merespons hal tersebut, India mengatakan sejak awal Mei, China telah menghalangi pola patroli tradisional India di LAC. Hal itu telah memicu bentrokan pasukan kedua negara di wilayah perbatasan.

Pada 6 Juni India dan China sempat menyepakati deeskalasi di LAC. Kedua belah pihak menyatakan komitmen untuk menghormati dan mematuhi LAC serta tidak melakukan aktivitas yang dapat mengubah status quo. Namun hal itu tetap tak dapat mencegah terjadinya bentrokan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement