REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Pirmohammad Mollazehi, pakar Afghanistan, mengatakan Teheran (Iran) dan Kabul (Afghanistan) perlu menjaga hubungan persahabatan mereka. Pemerintah Afghanistan, kata dia, tidak ingin adanya hubungan yang tegang dengan Pemerintah Iran.
Mollazehi mengatakan kepada koresponden politik IRNA pada Ahad bahwa Iran memiliki peran aktif untuk menyelesaikan krisis politik setelah pemilihan presiden di Afghanistan. Namun, kedua negara telah mengalami ketegangan dalam hubungan mereka dalam dua bulan terakhir.
Dia menyebutkan kematian warga Afghanistan di sungai perbatasan kedua negara dan tabrakan mobil yang membawa beberapa imigran Afghanistan menyebabkan reaksi keras masyarakat Afghanistan dan media.
BACA JUGA: Krisis Minyak dan Corona Makin Melemahkan Amerika Serikat
Mollazehi mengatakan insiden tersebut telah menyebabkan pejabat dari kedua negara telah berusaha untuk menjaga hubungan mereka dari ketegangan.
Dia juga mengatakan bahwa Hanif Atmar, penjabat Menteri Luar Negeri Afghanistan, yang juga merupakan tokoh berpengaruh di negara itu, telah melakukan perjalanan ke Teheran dengan tujuan menemukan solusi untuk masalah tersebut.
Mollazehi menggambarkan pintu masuk ilegal warga Afghanistan ke Iran sebagai 'tak terhindarkan' karena perbatasan kedua negara yang terbuka, dan kondisi ekonomi di Afghanistan yang memang masih parah karena perang saudara.
Pakar ini menggarisbawahi bahwa Afghanistan --yang terkurung daratan-- membutuhkan Iran dan pelabuhan Chabaharnya yang merupakan satu-satunya cara bagi Afghanistan untuk menjangkau dan mendapatkan akses ke perairan bebas. Dan itulah sebabnya Kabul tidak pernah ingin hubungannya dengan Teheran hancur.
"Tidak peduli siapa yang berkuasa di kedua negara, Iran dan Afghanistan ditakdirkan untuk memiliki hubungan baik karena perbatasan dan sejarah bersama, budaya, agama dan bahasa," kata Mollazehi.
Dia mengatakan kedua tetangga ini tidak boleh membiarkan masalah sementara yang terjadi sekarang mempengaruhi hubungan jangka panjang mereka.
BACA JUGA: 3 Tahun Putra Mahkota MBS, Arab Saudi Makin Tangguh