Ahad 21 Jun 2020 23:33 WIB

Bulog Sultra Kuasai 9.000 Ton Beras Hasil Panen

Serapan pembelian beras hingga hari ini sekitar 14.000 ton.

Ilustrasi gudang beras Bulog
Ilustrasi gudang beras Bulog

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI - Badan Urusan Logistik Kantor Wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) menguasai 9.000 ton beras yang dibeli dari hasil panen petani setempat.

Kepala Bulog Kanwil Sultra Ermin Tora mengatakan, stok beras yang dikuasai Bulog dijamin masih terus bertambah karena panen masih berlangsung di sentra-sentra produksi.

"Setiap hari gudang Bulog yang tersebar di daerah-daerah sentra produksi menerima beras hasil pembelian mitra dari petani sekitar 300 ton," kata Ermin di Kendari, Ahad (21/6).

Sedangkan serapan pembelian beras hingga hari ini sekitar 14.000 ton atau jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sekitar 5.000 ton.

"Bulog menjamin ketersediaan stok untuk memenuhi permintaan konsumen maupun keperluan operasi pasar serta bantuan sosial pemerintah," katanya.

Bulog Kanwil Sultra tahun 2020 ditargetkan membeli beras petani sebanyak 24.500 ton atau meningkat signifikan dibandingkan tahun 2019 sebanyak 18.000 ton.

"Peningkatan target serapan adalah kebijakan Bulog Pusat dengan berbagai kajian atau analisis kinerja beberapa tahun sebelumnya," kata Ermin.

Bulog melalui mitranya yang ada di sentra-sentra produksi membeli beras petani berdasarkan keputusan pemerintah seharga Rp8.300/Kg, mengalami kenaikkan dibandingkan tahun 2019 senilai Rp8.030/Kg.

Adapun standar kualitas beras pembelian Bulog, yakni kadar air paling tinggi 14 persen, derajat sosoh paling sedikit 95 persen, butir patah paling tinggi 20 persen dan butir menir paling tinggi 2 persen.

Pengusaha penggilingan Saharuddin mengatakan kendala melakukan pembelian gabah dalam jumlah besar karena curah hujan tinggi.

"Saya terkendala melakukan pembelian gabah dalam jumlah maksimal karena kuatir gabah rusak. Curah hujan tinggi," kata Saharuddin yang juga mitra Bulog Sultra.

Oleh karena itu ia mengharapkan bantuan mesin pengering gabah untuk mengatasi ancaman kerusakan gabah saat panen di musim curah hujan tinggi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement