Senin 22 Jun 2020 06:26 WIB

Warga Laut Mati Khawatir Aneksasi Israel Ancam Pariwisata

Laut Mati adalah tujuan populer bagi wisatawan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Seorang wisatawan berdiri di lokasi Land Mark Laut Mati, Yordania, Selasa (26/3). Laut Mati adalah tujuan populer bagi wisatawan. Ilustrasi.
Foto: Ilham Tirta
Seorang wisatawan berdiri di lokasi Land Mark Laut Mati, Yordania, Selasa (26/3). Laut Mati adalah tujuan populer bagi wisatawan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Warga Palestina khawatir akan berhadapan dengan akses yang semakin terbatas ke perairan Laut Mati akibat aneksasi Israel di Tepi Barat yang diduduki. Padahal wilayah ini kaya akan mineral dengan pantai-pantai.

Laut Mati adalah tujuan populer bagi wisatawan. Mereka penasaran dengan kondisi tunuh yang bisa mengapung di perairan dan menggunakan lumpur kaya nutrisi di kulit. Tepian wulayah ini berbatasan dengan Israel, Yordania, dan Tepi Barat.

Baca Juga

“Tempat ini adalah berkah bagi semua warga Palestina. Tetapi jika akan ada aneksasi maka akan sulit bagi mereka untuk mencapai di sini. Mereka mungkin perlu izin," kata penjaga pantai di salah satu resor kecil yang dikelola Israel yang menghiasi pantai Tepi Barat Laut Mati, Musa Farah.

Bahkan beberapa pemilik resor Israel yang didirikan setelah Israel menduduki Tepi Barat dalam perang Timur Tengah 1967 juga merasa hal sama. Mereka khawatir mereka bisa kehilangan pelanggan di bawah rencana aneksasi.

"Bisnis saya akan sangat terpengaruh. Pemerintah Israel harus tahu bahwa bisnis saya tergantung pada orang Palestina yang berkunjung ke sini. Tempat ini terbuka untuk orang Yahudi dan Arab," kata pemilik Biankini Village Resort, Dina Dagan.

Israel telah mengumumkan rencana untuk memperluas kedaulatan atas bagian-bagian Tepi Barat, termasuk Lembah Yordan, yang sebagian berbatasan dengan Laut Mati. Palestina telah menyuarakan kemarahan atas proposal tersebut.

Selama pembicaraan damai, Palestina telah berusaha untuk mendapatkan kendali atas sebagian dari garis pantai Laut Mati. Beberapa warga mendirikan tempat peristirahatan, yang mereka lihat sebagai potensi keuntungan bagi ekonomi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement