Senin 22 Jun 2020 12:37 WIB

Cedera Otak pada Pasien Covid-19

Pasien Covid-19 kadang menunjukkan gejala otaknya tak berfungsi sebagaimana mestinya.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Penanganan pasien Covid-19 (ilustrasi). Covid-19 dapat secara langsung menyebabkan cedera otak.
Foto: AP
Penanganan pasien Covid-19 (ilustrasi). Covid-19 dapat secara langsung menyebabkan cedera otak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi menemukan tanda-tanda klinis kerusakan otak pada sejumlah pasien Covid-19 yang diopname di rumah sakit. Tanda-tanda kimiawi dari cidera neurologis semacam itu dapat digunakan untuk memantau perkembangan penyakit pada mereka yang sangat terinfeksi oleh virus corona tipe baru.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neurology menilai sampel darah yang diambil dari 47 pasien dengan Covid-19 ringan, sedang, dan berat selama perawatan di rumah sakit. Para peneliti, termasuk dari University of Gothenburg di Swedia, menganalisis sampel ini dengan menggunakan biomarker yang sangat sensitif untuk cedera otak.

Baca Juga

Mereka kemudian membandingkan hasilnya dengan orang-orang dari kelompok kontrol yang sehat yang terdiri atas 33 orang yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Bahkan, dalam kasus Covid-19 yang moderat, mereka menemukan bahwa mengukur biomarker berbasis darah untuk kerusakan otak adalah mungkin.

Para ilmuwan menemukan bahwa penanda, yang dikenal sebagai protein asam glial fibrillary (GFAP), biasanya hadir dalam tipe sel yang mendukung neuron berbentuk bintang di otak yang disebut astrosit, tetapi bocor jika terjadi cedera atau terlalu aktif. Mereka juga menemukan biomarker kedua yang disebut NfL (protein rantai cahaya neurofilamen), yang biasanya ditemukan di dalam perkembangan saraf otak, tetapi bocor ke dalam darah jika rusak.

Menurut penelitian, peningkatan konsentrasi NfL dalam komponen plasma darah ditemukan pada sebagian besar pasien Covid-19 yang memerlukan perawatan ventilator. Para peneliti mengatakan, ada korelasi yang nyata antara seberapa banyak konsentrasi NfL naik dan tingkat keparahan penyakit.

Menurut para ilmuwan, beberapa orang yang terinfeksi virus corona, SARS-CoV-2, hanya mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu, sementara yang lain menjadi sakit parah dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Di antara yang terakhir, mereka mengatakan, pasien terkadang menunjukkan tanda-tanda jelas bahwa otak tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Peningkatan salah satu biomarker terjadi bahkan dengan Covid-19 sedang. Hal itu terjadi pada pasien rawat inap yang tidak membutuhkan dukungan ventilator, menurut para ilmuwan.

"Peningkatan kadar NfL, khususnya, dari waktu ke waktu lebih besar daripada yang kita lihat sebelumnya dalam penelitian yang berhubungan dengan perawatan intensif, dan ini menunjukkan bahwa Covid-19 sebenarnya dapat secara langsung menyebabkan cedera otak," ujar rekan penulis penelitian Henrik Zetterberg dari Universitas Gothernburg seperti dilansir laman Times Now News.

"Belum jelas apakah virus atau sistem kekebalan yang menyebabkan hal ini dan penelitian lebih lanjut diperlukan," kata Zetterberg.

Magnus Gisslen, rekan penulis studi lain dari universitas, mengatakan, tes darah untuk biomarker yang terkait dengan cedera otak dapat digunakan untuk memantau pasien dengan Covid-19 sedang hingga berat. "Akan sangat menarik untuk melihat apakah peningkatan NfL dapat diperlambat dengan terapi baru, seperti pengobatan deksametason baru yang sekarang telah diusulkan," kata Gisslen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement