Senin 22 Jun 2020 13:45 WIB

Widyawati Saksikan Jakarta dari Sepi Sampai Luar Biasa Padat

Aktris senior Widyawati pernah tinggal di Merdeka Utara, Jakarta Pusat.

Aktris senior Widyawati menyaksikan perkembangan DKI Jakarta, dari sepi hingga ramai sekali.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Aktris senior Widyawati menyaksikan perkembangan DKI Jakarta, dari sepi hingga ramai sekali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Widyawati adalah saksi mata transformasi Ibu Kota Jakarta selama beberapa dekade. Jakarta merupakan kota kelahiran, tempatnya menetap, dan tempatnya berkarya hingga dikenal sebagai seorang aktris kawakan.

"Saya selalu berada di Jakarta, jadi tahu dari mulai Jakarta seperti apa sampai seperti sekarang," tutur Widyawati kepada Antara.

Baca Juga

Sebelum Jakarta dipenuhi motor yang berseliweran dan antrean mobil yang mengular di jalan-jalan utama, Widyawati pernah menikmati asyiknya jalan-jalan di Ibu Kota yang masih sepi. Ia mengenang, dirinya pernah naik sepeda dari Jl Merdeka Utara, Jakarta Pusat ke Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

"Enak sekali jalanan, saya merasakan dari sepi sampai luar biasa padatnya," ujar Widyawati.

Jika sekarang orang-orang bepergian menaiki ojek, Transjakarta, hingga MRT, Widyawati kecil pernah merasakan moda transportasi trem yang di Jakarta. Ia sempat tinggal di daerah Merdeka Utara yang dilewati oleh trem.

Trem adalah moda transportasi massal pada masa Hindia Belanda hingga Orde Lama. Ada trem yang melewati rute Jakarta Kota ke Jatinegara sampai Jakarta Kota ke Tanah Abang. Dulu, trem juga bisa ditemui di kota Surabaya, salah satu kota yang dituju Widyawati untuk berlibur karena ada sanak saudara yang tinggal di sana.

"Padahal, itu transportasi yang bagus sebetulnya," kata Widyawati, menyayangkan dihapusnya trem di Jakarta.

Delman pun lazim ditemui saat itu sebagai moda transportasi, bukan sekadar atraksi wisata yang ada di tempat-tempat tertentu. Seiring bertambahnya jumlah kendaraan yang membuat Jakarta semakin padat, delman akhirnya tersingkir.

Kuda delman juga mengingatkan Widyawati kepada salah satu jajanan yang sering dinikmati pada era 50-an dan 60-an. "Es kuda", begitu Widyawati menyebut es krim cone yang dijajakan oleh pedagang di kereta kuda.

"Bayangkan, bentuknya seperti kereta putri yang ditarik kuda, ada satu tempat untuk bapak penjual, dia mengendalikan kuda sambil berjualan es," ujar dia. "Nostalgia banget!"

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement