REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar mengingatkan bahwa teroris tidak bisa diidentikkan dari penampilan, termasuk cara berpakaian. Bisa saja mereka kamuflase dengan pakaian biasa.
"Tidak bisa diidentikkan orang seperti ini, seperti ini (teroris). Bisa saja mereka kamuflase pakaian biasa dan sebagainya," katanya, di Jakarta, Senin.
Boy menegaskan tidak ada jaminan bahwa penampilan dan cara berpakaian tertentu identik dengan penganut paham radikal atau pelaku terorisme. Hal yang perlu diperhatikan adalah dari sisi penyampaian pesan pelaku. "Ini yang harus diwaspadai," kata mantan Kapolda Papua dan Banten tersebut.
Menurut dia, kelompok radikalisme biasanya sudah menargetkan calon-calon korban, utamanya anak-anak muda yang akan direkrutnya melalui berbagai cara sehingga tanpa sadar mereka terbujuk.
Apalagi, kata dia, anak-anak muda berada dalam usia sedang mencari jatidiri yang menjadi sasaran empuk kelompok radikal untuk dipengaruhi.
"Sangat dimungkinkan target tidak menyadari, misalnya dalam suatu pertemuan. Situasinya rentan, sementara pesan dan konten mereka sampaikan secara bagus maka akan cepat terpengaruh," katanya.
Oleh karena itu, Boy meminta kalangan orang tua untuk memperketat pengawasan pergaulan anak-anaknya. Terutama ketika mereka kerap ikut-ikut pertemuan dengan orang yang tidak dikenal.
"Waspada dengan orang yang tidak kita kenal, yang kita tidak tahu persis apa tujuannya. Ketahanan keluarga yang dapat memagari karena tanpa kita sadari, mereka (kelompok radikal) sudah menargetkan," ujar Boy.