REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Negara-negara Eropa tengah melatih pasukan medis guna mengantisipasi datangnya gelombang kedua Covid-19. Pasukan tersebut dipersiapkan untuk siap kapanpun dikerahkan jika terjadi kekurangan tenaga medis dalam menangani virus tersebut.
"Kami membutuhkan pasukan kesehatan," kata presiden terpilih dari Masyarakat Perawatan Obat Intensif Eropa (ESICM) Maurizio Cecconi seperti dikutip Reuters, Senin (22/6).
Negara-negara Eropa diketahui telah memberikan kursus kilat pada petugas medis tentang cara menangani pasien Covid-19. Mereka menegaskan keberadaan petugas medis merupakan salah satu kunci dalam memerangi virus yang muncul di Wuhan, China pada Desember tahun lalu.
Beberapa spesialis perawatan intensif di negara-negara Eropa juga tengah berusaha merekrut staf secara permanen. Mereka akan ditempatkan di lokasi mana pun diperlukan untuk bekerja di bangsal dengan pasien yang sakit parah.
Cecconi mengatakan, staf medis harus lebih fleksibel dalam pekerjaan yang mereka lakukan dan lebih banyak bergerak. Kepala departemen perawatan intensif rumah sakit Humanitas di Milan itu melanjutkan, Eropa harus siap jika ada gelombang besar Covid-19 lainnya.
"Ini tidak banyak terjadi pada gelombang pertama," katanya.
Sejumlah negara Eropa saat ini tengah mengalami penurunan secara bertahap kasus baru infeksi Covid-19. Hal tersebut terjadi menyusul kebijakan lockdown yang diterapkan oleh pemerintah masing-masing negara.
Eropa tidak ingin kurang siap seperti saat menghadapi gelombang pertama pandemi Covid-19 pada Maret dan April lalu. Saat itu mereka terpaksa mengirim mahasiswa kedokteran dan pensiunan dokter untuk membantu perawatan pasien di ruang perawatan intensif rumah sakit.
Namun masalah dan kekurangan masih ada. Misalnya Italia yang memerlukan peningkatan 50 persen jumlah ahli anestesi, ahli resusitasi dan tenaga medis lain yang telah bekerja dalam perawatan intensif.