Kepala Sekolah SMP N 4 Bawang Mulud Sugito (kanan) dan guru Wiyata Bhakti menaiki bukit saat mengantar lembar tugas siswa secara langsung ke rumahnya di Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. (FOTO : ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)
Suasana lokasi perkampungan salah satu siswa SMP N 4 Bawang yang terlihat dari SMP N 4 Bawang di Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. (FOTO : ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)
Kepala Sekolah SMP N 4 Bawang Mulud Sugito (tengah) dan guru Wiyata Bhakti beristirahat di sela-sela perjalananmengantar lembar tugas siswa secara langsung ke rumahnya di Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. (FOTO : ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)
Pelajar SMP N 4 Bawang, Khoerul Risal, menunjukkan amplop berkas lembar tugas yang diantarkan langsung oleh gurunya di Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. (FOTO : ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)
Amplop berkas lembar tugas siswa milik Khoerul Risal yang diantarkan langsung oleh guru di rumahnya di Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. (FOTO : ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)
Siswa SMP N 4 Bawang, Dani Difanudin, menyerahkan lembar tugas sekolah kepada gurunya saat jemput bola di rumahnya di Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. (FOTO : ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)
Sejumlah guru menata lembar tugas soal siswa di SMP Negeri 4 Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. (FOTO : ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)
Kepala Sekolah SMP N 4 Bawang Mulud Sugito mengoreksi tugas sekolah siswa di SMP N 4 Bawang di Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. (FOTO : ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- Namun apa daya, tidak semua tenaga pendidik menguasai metode pedidikan dengan sistem online ini. Sama halnya tidak semua siswa memiliki telepon genggam atau jaringan internet yang lancar. Akhirnya Sugito bersama 11 guru Wiyata Bhakti lainnya sepakat mengantar langsung tugas sekolah secara langsung ke rumah siswa.
Setiap Senin pagi, kepala sekolah dan guru berbagi tugas mengantar tugas sekolah ke rumah-rumah siswa. Total keseluruhan siswa kelas VII sampai IX mencapai 43. Namun yang masih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) hanya kelas VII dan VIII sebanyak 35 siswa.
Guru harus menyusun program belajar dan tugas yang bisa digunakan siswa saat belajar di rumah selama satu minggu. Kemudian pada hari Sabtu, guru mengambil kembali hasil pengerjaan siswa untuk dikoreksi.
Mereka rela berjalan kaki dengan turun naik bukit sejauh sekitar satu kilometer. Jalan yang harus dilalui pun tidak selamanya mulus dan berupa jalan. Sungai pun harus diseberangi. Total jarak tempuh perjalanan harus dilalui sejauh lebih kurang 20 kilometer. Para guru memilih untuk melalui jalan tercepat meski harus turun naik bukit guna mengantar materi pembelajaran ke rumah siswa.
"Dari situasi pandemi ini, kami mengambil hikmah bahwa perjuangan anak didik kami dalam memperoleh pendidikan tidaklah mudah. Kami harus berjuang demi mereka agar dapat selalu belajar. Semoga pandemi COVID-19 ini segera sirna," ujar Mulud Sugito.
sumber : Antara Foto
Advertisement