Senin 22 Jun 2020 22:51 WIB

Komandan Militer India dan China Bertemu

Pedagang India membakar produk asal China di pasar di New Delhi.

Sejumlah prajurit paramiliter India berjaga pada pos pemeriksaan di sepanjang jalan raya menuju Ladakh, di Gagangeer, India, Rabu (17/6). Menurut laporan, sebanyak dua puluh Personel Angkatan Darat India termasuk seorang kolonel tewas dalam bentrokan dengan pasukan Cina di Lembah Galwan di wilayah Ladakh timur karena pertempuran perbatasan
Foto: EPA-EFE/FAROOQ KHAN
Sejumlah prajurit paramiliter India berjaga pada pos pemeriksaan di sepanjang jalan raya menuju Ladakh, di Gagangeer, India, Rabu (17/6). Menurut laporan, sebanyak dua puluh Personel Angkatan Darat India termasuk seorang kolonel tewas dalam bentrokan dengan pasukan Cina di Lembah Galwan di wilayah Ladakh timur karena pertempuran perbatasan

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Komandan militer India dan China bertemu pada Senin untuk mencoba meredakan ketegangan di perbatasan Himalaya yang disengketakan. Sebuah sumber pemerintah India mengatakan para komandan militer bertemu di Moldo, di sisi China dari Garis Kendali Aktual yang merupakan perbatasan de facto yang membagi wilayah Ladakh di India dan Aksai Chin yang dikuasai China.

"Pertemuan berlangsung beberapa jam, dengan pihak India mendorong China untuk menarik pasukannya kembali ke tempat mereka pada April," kata sumber pemerintah India.

Baca Juga

China, dalam putaran pembicaraan sebelumnya, telah meminta India untuk menghentikan semua pekerjaan konstruksi di wilayah yang dikatakannya sebagai bagiannya. China belum mengungkapkan berapa banyak korban yang dideritanya, meskipun seorang menteri India mengatakan sekitar 40 tentara China mungkin telah terbunuh.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan pada sebuah pengarahan di Beijing, Senin, bahwa kedua pihak dalam komunikasi melalui saluran diplomatik dan militer.

Banyak orang di India telah menyerukan pemerintah nasionalis Perdana Menteri Narendra Modi untuk menunjukkan negara itu tidak dapat diganggu. Ini mengingat penghinaan yang dialami Delhi dalam perang perbatasan melawan Beijing pada 1962.

Anggota badan pedagang India membakar barang-barang China di sebuah pasar di New Delhi dan mendorong boikot produk nasional yang dibuat di China. Konfederasi Semua Pedagang India (CAIT), yang mewakili sekitar 70 juta pedagang, telah meminta pemerintah federal dan negara bagian untuk mendukung boikot barang-barang China dan membatalkan kontrak pemerintah yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan China.

"Seluruh negara dipenuhi dengan kemarahan dan intensitas yang ekstrem untuk memberikan tanggapan yang kuat dan tepat kepada China, tidak hanya secara militer tetapi juga secara ekonomi," tulis Sekretaris Jenderal Nasional CAIT Praveen Khandelwal dalam sebuah surat kepada kepala menteri dari beberapa negara bagian India.

Di Maharashtra yang makmur, pemerintah mengatakan sedang menunda tiga rencana investasi, termasuk dari Great Wall Motor Co. "Dalam lingkungan saat ini kami akan menunggu pemerintah federal untuk mengumumkan kebijakan yang jelas mengenai proyek-proyek ini," kata menteri industri Subhash Desai.

China adalah mitra dagang terbesar kedua India, dengan perdagangan bilateral senilai 87 miliar dolar AS (sekitar Rp1.239 triliun) pada tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2019.

Pemimpin redaksi surat kabar Global Times China memperingatkan bahwa "nasionalis India perlu tenang". "PDB China lima kali lipat dari India, belanja militernya tiga kali (lipat lebih banyak)," kata editor Global Times, Hu Xijin dalam sebuah unggahan di Twitter.

The Global Times diterbitkan oleh People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China yang berkuasa.

sumber : Reuters/Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement