Gajah peliharaan Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur Zella dan Echa berjalan beriringan menuju taman Lumbini, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. (FOTO : ANIS EFIZUDIN/ANTARAFOTO)
Mahout atau pawang gajah memberi makan gajah. (FOTO : ANIS EFIZUDIN/ANTARAFOTO)
Mahout memandikan gajah di kandang mereka. (FOTO : ANIS EFIZUDIN/ANTARAFOTO)
Pawang gajah Maidi, 47 (kiri) dan Andi Kurniawan, 29 (kanan) beristirahat bersama gajah peiharaan Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur Zella di sela-sela proses belajar melukis di taman Lumbini, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. (FOTO : ANIS EFIZUDIN/ANTARAFOTO)
Gajah peliharaan Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur Zella bersiap belajar melukis di taman Lumbini, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. (FOTO : ANIS EFIZUDIN/ANTARAFOTO)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Lima ekor gajah peliharaan Taman Wisata Candi Borobudur, Zella, Echa, Endra, Lisa dan Bona saat ini tidak lagi menjadi gajah tunggang.
Sejatinya meskipun memiliki tubuh besar, anatomi punggung gajah tidak tercipta untuk menahan beban berat di atas punggungnya.
Sejak petisi “Akhiri Atraksi Tunggang Gajah di Borobudur” oleh pecinta satwa pada 2019, lima hewan berukuran besar itu dialihkan menjadi objek wisata edukasi di komplek candi peninggalan wangsa Syailendra tersebut.
Mereka tinggal di kandang menikmati rumput segar yang diberikan pawang gajah, juga makanan pendamping seperti wortel, kacang panjang dan timun juga diberikan sebagai kudapan.
sumber : Antara Foto
Advertisement