Selasa 23 Jun 2020 05:32 WIB

Ridwan Saidi: Penetapan HUT DKI 22 Juni Siasat Politik

Ridwan Saidi mengatakan, penetapan HUT DKI 22 Juni tak punya dasar sejarah.

Rep: Febryan. A/ Red: Bayu Hermawan
Sejarawan Ridwan Saidi
Foto: Gumanti Awaliyah/ Republika
Sejarawan Ridwan Saidi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Budayawan Betawi, Ridwan Saidi, menyebut HUT DKI Jakarta yang dirayakan tiap 22 Juni tidaklah memiliki dasar sejarah. Menurut dia, 22 Juni dipilih hanya karena alasan politik, yakni menyesuaikan dengan hari penetapan Piagam Jakarta.

Ridwan menjelaskan, penetapan 22 Juni 1527 sebagai HUT Jakarta dilakukan oleh Wali Kota Jakarta Sudiro pada 1956. Adapun yang ditugaskan untuk mencari tanggal itu adalah Mr Dr Sukanto.

Baca Juga

"Tebak-tebakan aja (penetapan tanggal 22 Juni 1527). Saya baca kok risalahnya orang yang ditugaskan, Si Sukanto," kata Ridwan kepada Republika.co.id, Senin (22/6).

Adapun pemilihan tanggal 22 Juni, menurut dia, hanyalah siasat politik agar penetapannya disetujui DPRD DKI Jakarta. Pasalnya, 22 Juni sama dengan tanggal penetapan Piagam Jakarta sehingga akan mendapatkan dukungan Partai Masyumi yang ketika itu fraksi terbesar di DPRD.

"Tanggal 22 juni itu tanggal Piagam Jakarta agar Masyumi setuju. Adapun narasinya itu kagak bener. Narasinya dongeng," kata Babeh, begitu Ridwan akrab disapa.

Terkait tahun berdirinya Jakarta, Ridwan Saidi juga menyebut hal itu tidaklah benar. "Sudiro bersama timnya menyebut hari jadi Jakarta 22 Juni 1527 karena pada hari itu Fatahillah menduduki Sunda Kelapa. Padahal, dia (Fatahilah) baru datang dari Afrika Utara tahun 1539," ujarnya.

Kendati demikian, Babeh juga tidak bisa memastikan kapan sebenarnya Jakarta didirikan. Namun, yang jelas, menurut dia, jauh sebelum Fatahillah tiba, Jakarta atau Sunda Kelapa sudah menjadi zona ekonomi yang maju.

Bandar Sunda Kelapa sebagai zona perdagangan, dia mengatakan, tidak dikuasai oleh kerajaan mana pun. Sama halnya dengan zona ekonomi Bandar Lampung, Tuban, dan Pasuruan, yang  tak dikuasai kerajaan. "Sunda Kelapa itu yang berkuasa orang Jakarta," ucap Babeh.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement