Selasa 23 Jun 2020 09:20 WIB

Harga Minyak Naik Ditopang Pelonggaran Karantina

Harga minyak mendapat dorongan dari anjloknya jumlah rig minyak AS.

Siluet kilang minyak di Oakley, Kansas, Amerika Serikat.
Foto: AP Photo/Charlie Riedel
Siluet kilang minyak di Oakley, Kansas, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak berjangka naik di atas dua persen pada akhir perdagangan Senin (23/6) di tengah ketatnya pasokan minyak mentah dari produsen utama. Kenaikan juga ditopang pelonggaran lebih lanjut meskipun terjadi rekor kenaikan kasus secara global.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 89 sen atau 2,1 persen menjadi ditutup pada 43,08 dolar per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Agustus, kontrak yang lebih aktif hari itu, berakhir naik 90 sen atau 2,3 persen menjadi 40,73 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

WTI untuk pengiriman Juli juga meningkat 71 sen menjadi menetap di 40,46 dolar AS per barel. Kontrak Juli untuk WTI berakhir pada akhir sesi Senin. Dalam pekan yang berakhir Jumat (19/6) harga minyak WTI naik 9,6 persen dan Brent naik 8,9 persen, didukung oleh pemulihan permintaan bahan bakar karena penguncian berkurang dan kegiatan ekonomi mulai dilanjutkan kembali.

"Harga minyak mendapat dorongan dari anjloknya jumlah rig minyak AS dan Kanada, indikator pasokan di masa depan, yang jatuh ke level terendah baru minggu lalu," kata Presiden Konsultan Lipow Oil Associates, Andy Lipow.

Pembukaan kembali negara-negara bagian AS dan negara-negara di seluruh dunia setelah penutupan bisnis dan perintah tinggal di rumah yang disebabkan oleh Virus Corona baru, juga membantu reli minyak. "Meskipun tampaknya ada lebih banyak kekhawatiran tentang Covid-19, pasar terus bergerak lebih tinggi dengan harapan bahwa semuanya akan kembali normal," kata Wakil Presiden Riset Pasar di Tradition Energy, Gene McGillian.

Prospek kepatuhan yang lebih besar oleh OPEC dan sekutu, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC Plus, dengan pengurangan produksi terkoordinasi untuk menyeimbangkan pasar, juga mendukung minyak. OPEC Plus belum memutuskan apakah akan memperpanjang rekor pemangkasan pasokan 9,7 juta barel per hari (bph) menjadi bulan keempat, sehingga akan berjalan hingga akhir Agustus.

Kasus-kasus virus yang membengkak di Amerika Serikat (AS) dan di tempat lain membuat harga tidak bergerak lebih tinggi. Korea Selatan mengatakan pada Senin (22/6) untuk pertama kalinya bahwa itu berada di tengah gelombang kedua dari virus corona. Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan rekor kenaikan dalam kasus global pada Ahad (21/6), dengan kenaikan terbesar di Amerika Utara dan Selatan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement