REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak ada yang mustahil bagi Allah SWT jika Dia telah menghendaki sesuatu. Kekuasaan ini ditunjukkan melalui kisah Nabi Zakaria dan istrinya, Isya binti Faqudza. Perempuan yang telah divonis mandul ini bisa mengandung dan melahirkan berkat doa suaminya dan kebesaran Allah SWT.
Nabi Zakaria AS diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah di kalangan Bani Israil. Sayangnya, upaya ini tak kunjung membuahkan hasil. Sangat sedikit kaum Bani Israil yang akhirnya memeluk Islam karena bujukan Zakaria AS.
Salah satu dari yang sedikit itu ialah Isya binti Faqudza. Nabi Zakaria AS akhirnya memutuskan untuk menikahinya. Menikah dengan gadis Bani Israil tak lantas mempermudah proses dakwah yang diembannya. Penduduk kaum ini tetap berpegang pada keyakinan lamanya yang penuh maksiat.
Karena lemahnya iman Bani Israil, Nabi Zakaria AS khawatir akan keselamatan dirinya dan kaum beriman. Ia berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keturunan yang akan meneruskan amanahnya. Namun, Isya tak juga kunjung berbadan dua. Hingga memasuki masa menopause, ia belum juga hamil.
Doa-doa Nabi Zakaria AS senantiasa dikabulkan oleh Allah SWT. Ia pun kembali berdoa kepada-Nya, "Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah, kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku."
Ia meminta keturunan kepada Allah SWT yang akan menjadi penerus Nabi Yaqub AS. Ia juga berdoa agar penerusnya akan mewarisi jejaknya sebagai nabi, rasul, sekaligus cendekiawan. Allah SWT kemudian mengabarkan akan memberi anak bernama Yahya.
Zakaria meminta Allah untuk memberi sebuah tanda yang menunjukkan kehamilan istrinya sebab istrinya mandul dan usianya telah tua. Diberikanlah tanda kepada Zakaria AS bahwa ia tidak akan dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga hari tiga malam, padahal dalam kondisi yang sehat.
Orang-orang merasa aneh dengan apa yang terjadi pada Zakaria. Mereka menunggu dia keluar dari tempat ibadah (mihrab). Nabi Zakaria AS keluar dengan wajah yang pucat hingga mereka bertanya apa yang terjadi padanya.
Zakaria AS menulis di atas tanah untuk mereka, "Agar kalian bertasbih pada waktu pagi dan petang ...."
Zakaria AS memang keluar menemui mereka tiap pagi dan petang. Ketika tiba waktu kehamilan istrinya, ia masih dalam keadaan tidak bisa bicara. Dia keluar memberi isyarat tentang berita kehamilan istrinya dan memerintahkan mereka untuk shalat.
Saat usia kehamilan istri Zakaria telah genap sembilan bulan 10 hari, Isya akhirnya melahirkan bayi Yahya. Ketika Yahya berusia tiga tahun, Allah SWT memberikan kebijaksanaan kepadanya. Dia bisa membaca Taurat, padahal dia masih kecil.
Dalam Tarikh Ibnul Wardi, seperti dituliskan oleh Abu Malik Muhammad bin Hamid dalam bukunya 150 Perempuan Shalihah: Teladan Muslimah Sepanjang Masa, Isya melahirkan Yahya hanya enam bulan setelah Maryam melahirkan Isa AS.
Yahya dilahirkan pada tahun ke-304 sejak ditaklukkannya Alexander. Ia datang ke muka bumi 5.548 tahun setelah turun Nabi Adam AS ke dunia.
Yahya ditakdirkan oleh Allah SWT menjadi lelaki yang memiliki akhlak dan sifat terpuji. Ia lahir ketika Nabi Zakaria AS berusia 120 tahun dan Isya berumur 98 tahun.
Kisah ini diabadikan dalam Alquran dengan doa, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah waris yang paling baik." (QS al-Anbiya [21]: 89).
Allah pun menjawab doa-doa Nabi Zakaria AS dengan lahirnya Yahya. Allah berfirman, "Maka, Kami memperkenankan doanya dan kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk." (QS al-Anbiya [21]: 90).