Selasa 23 Jun 2020 10:44 WIB

Ancaman Penularan Covid-19 di Yogyakarta Masih Tinggi

Potensi penularan yang cukup tinggi terjadi karena masih banyak orang bepergian

Andong wisata menggunakan sekat plastik transparan untuk kusir dan penumpang di Malioboro, Yogyakarta, Ahad (21/6).  Menyambut normal baru pandemi Covid19, andong wisata di Jogja ikut berbenah
Foto: Wihdan Hidayat/ Republika
Andong wisata menggunakan sekat plastik transparan untuk kusir dan penumpang di Malioboro, Yogyakarta, Ahad (21/6). Menyambut normal baru pandemi Covid19, andong wisata di Jogja ikut berbenah

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta mengingatkan ancaman penularan Covid-19 di kota tersebut masih tinggi meskipun perkembangan kasus di Yogyakarta cenderung landai dan lebih banyak berasal dari kontak luar daerah.

“Jika dilihat dalam periode sepekan, maka pasien yang dirawat di rumah sakit di Yogyakarta berada di bawah angka 10 orang. Tetapi potensi penularan masih ada. Ini yang perlu diingat,” kata Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi, Selasa (23/6).

Menurut dia, potensi penularan yang cukup tinggi terjadi karena masih banyak orang yang sedang bepergian ke luar daerah untuk kemudian kembali ke Yogyakarta.

“Mobilitas warga di Yogyakarta cukup tinggi sehingga ancaman akan terus ada,” katanya.

Hingga Senin (22/6), jumlah kasus positif Covid-19 di Yogyakarta tercatat sebanyak 10 pasien yang masih dirawat. Delapan di antaranya memiliki riwayat kontak luar kota yaitu dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Solo, Madura, dan Sukabumi sedangkan dua lainnya belum diketahui secara pasti riwayat penularannya.

Selain itu, tes cepat (rapid test) yang dilakukan belum cukup banyak, baru mencapai 4.200 warga dengan hasil reaktif yang kecil dan sekitar 300 uji usap (swab).

“Artinya, hampir semua warga yang mengikuti rapid test memiliki hasil non reaktif. Hasil ini harus dibaca dengan cara yang lain yaitu sebagian besar warga di Kota Yogyakarta belum memiliki imunitas terhadap virus corona. Yang baik adalah jika hasil rapid test reaktif tetapi uji usapnegatif sehingga masyarakat sudah memiliki kekebalan selama beberapa waktu ke depan,” katanya.

Meskipun demikian, Kota Yogyakarta sudah mampu menunjukkan kemampuan untuk tidak masuk dalam kategori zona merah dan selama ini bergantian antara zona kuning dan hijau. Oleh karena itu, Heroe menyatakan, jika tidak tegas dalam menjalankan protokol pencegahan Covid-19, maka bisa berakibat persebaran kasus akan semakin luas.

Ia meminta masyarakat tetap disiplin terhadap protokol kesehatan dan jangan sekali-kali beranggapan bahwa kondisi di Kota Yogyakarta sudah kembali normal sehingga masyarakat bisa beraktivitas seolah-olah sudah terlepas dari ancaman penularan virus corona.

“Satu-satunya cara pencegahan yang paling baik adalah semua orang, semua tempat, dimanapun dan kapanpun harus menjalankan semua protokol pencegahan Covid-19. Pakai masker, selalu cuci tangan, jaga jarak sehingga diharapkan bisa menekan kasus dan mudah-mudahan bisa hilang,” katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement