REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Sekelompok pembelot Korea Utara (Korut) yang tinggal di Korea Selatan (Korsel) kembali mengirim pamflet propaganda anti-Korut ke Korut. Aktivitas itu diketahui telah memperuncing hubungan antara kedua negara tersebut.
"(Kami) mengirim selebaran anti-Korut ke Utara (Korut) antara pukul 11 malam dan tengah malam hari Senin (dari sebuah kota) di Paju," kata Ketua Fighters for a Free North Korea Park Sang-hak pada Selasa (23/6), dikutip laman kantor berita Korsel, Yonhap.
Menurut Park, enam anggota kelompoknya mengirim sekitar 500 ribu pamflet yang diterbangkan menggunakan 20 balon helium besar. Sekitar 500 selebaran yang menggambarkan kisah sukses Korsel, 2.000 pecahan uang satu dolar AS, dan seribu sd cards turut diterbangkan ke Korut.
Pada Senin (22/6) lalu, Korut mengatakan akan memproduksi dan menyebarkan 12 juta selebaran propaganda ke Korsel. "Waktu untuk hukuman pembalasan sudah dekat. Pada 22 Juni, berbagai peralatan dan sarana untuk mendistribusikan selebaran, termasuk lebih dari 3.000 balon dari berbagai jenis yang mampu menyebarkan selebaran jauh ke dalam Korsel, telah disiapkan," kata kantor berita Korut, KCNA, dalam laporannya.
Menurut KCNA, penyebaran selebaran itu adalah letusan kemarahan yang tak terpadamkan dari seluruh rakyat Korut. Dengan tindakan demikian, Pyongyang berharap Korsel dapat merasakan betapa menjengkelkannya menerima kiriman selebaran seperti yang kerap dilakukan aktivis anti-Korut dan pembelot di negaranya.
Pada 16 Juni lalu, Korut menghancurkan kantor penghubung antar-Korea yang terletak di Kaesong. Hal itu dilakukan karena Pyongyang menilai Seoul telah gagal menghentikan para aktivis anti-Korut, termasuk di dalamnya pembelot, untuk tidak menerbangkan selebaran yang mengkritik tajam rezim pemerintahan Korut.
Para aktivis anti-Korut dan pembelot memang kerap menerbangkan selebaran semacam itu menggunakan balon dari wilayah perbatasan. Korut menilai aksi demikian melanggar perjanjian antar-Korea.