REPUBLIKA.CO.ID, PUTRAJAYA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Malaysia menghentikan penggunaan klorokuin sebagai bagian dari perawatan pasien Covid-19. Obat antimalaria itu diketahui tak efektif untuk mengobati pasien Covid-19.
Dirjen Kesehatan Kemenkes Malaysia Datuk Dr Noor Hisham Abdullah menyebut, klorokuin sempat dipakai di tahap awal perawatan pasien Covid-19. Padahal, obat itu belum terbukti secara ilmiah mampu mengobati Covid-19.
"Kami tetap memakainya sebelumnya karena mengandung antiinflamasi. Dalam tahap awal, kami pikir punya efek anti-inflamasi," kata Hisham Abdullah dilansir dari Bernama pada Selasa (23/6).
Namun, Hisham Abdullah dan anak buahnya terus mengumpulkan data terkait penggunaan klorokuin. Hasilnya, lebih dari 500 kasus pasien Covid-19 terbukti tak punya hasil positif setelah menggunakan klorokuin.
"Dari statistik ternyata tak menunjukkan efektivitas. Jika demikian maka kami berhenti memakainya," ujar Hisham Abdullah.
Hisham Abdullah justru menemukan, 30 persen pasien yang dirawat dengan klorokuin mengalami efek samping di bagian jantung dan mata. Di sisi lain, Kemenkes Malaysia akan terus melanjutkan perawatan sambil meneliti respon antibodi pasien terhadap Covid-19. Ada laporan menyebut antibodi hanya bertahan 3-4 bulan.
"Kami perlu memantau pasien untuk melihat jika mereka masih punya antibodi atau tidak dalam kurun waktu itu. Jika ditemukan sesuatu maka bisa segera ditanggulangi," ucap Hisham Abdullah.