REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, kasus virus corona melonjak di beberapa negara besar secara bersamaan, Senin (22/6). Kondisi ini menunjukan peningkatan yang mengkhawatirkan di Amerika Latin, terutama Brasil. "Tentu saja jumlahnya meningkat karena epidemi berkembang di sejumlah negara berpenduduk pada saat yang sama dan di seluruh dunia," pakar darurat WHO, Mike Ryan.
"Beberapa peningkatan itu mungkin disebabkan oleh peningkatan pengujian. Dan tentu saja negara-negara seperti India menguji lebih banyak. Tetapi kami tidak percaya bahwa ini adalah fenomena pengujian," ujar Ryan.
Jumlah dari kasus global telah melampaui 9 juta pada Senin. Amerika Serikat, China dan negara-negara lain yang terkena dampak parah juga melaporkan wabah baru.
Ryan mengatakan, telah terjadi lonjakan kasus di Cile, Argentina, Kolombia, Panama, Bolivia, Guatemala, serta Brasil. Brasil telah melewati angka 1 juta dan menjadi nomor kedua setelah AS dengan 54 ribu kasus dalam 24 jam.
Beberapa lompatan di Brasil, menurut Ryan, mungkin mencerminkan perubahan dalam sistem pelaporan. "Masih ada tes yang relatif rendah per populasi, dan tingkat kepositifan untuk pengujian secara keseluruhan masih cukup tinggi. Dari perspektif itu, kita akan mengatakan bahwa tren ini tidak mencerminkan pengujian menyeluruh, tetapi mungkin kurang memperkirakan jumlah kasus yang sebenarnya," katanya.
Negara terbesar di Amerika Latin ini telah mencatat lebih dari 1.000 kematian sehari selama sebulan terakhir. Presiden Jair Bolsonaro telah banyak dikritik karena penanganannya terhadap krisis, termasuk belum memiliki menteri kesehatan permanen setelah kehilangan dua orang sejak April.
Ryan mengatakan, ada pula peningkatan besar dalam beberapa kasus di sejumlah negara bagian AS. "Saya tidak 100 persen yakin tentang profil usia, tetapi saya telah melihat laporan bahwa beberapa di antaranya adalah di antara orang yang lebih muda. Itu mungkin mencerminkan fakta bahwa orang yang lebih muda lebih mudah berpindah dan mereka keluar dan mengambil keuntungan dari pengurangan pembatasan gerakan," ujarnya.
WHO juga menunjukan kekhawatiran di Jerman dengan tingkat reproduksi virus mencapai 2,88 pada akhir pekan. Jumlah itu jauh di atas tingkat maksimum satu transmisi per orang yang diperlukan untuk mengatasi penyakit dalam jangka panjang.
Saat ini, dunia mencatat lebih dari 183 ribu kasus virus korona baru pada akhir pekan. Ketua WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, jumlah itu menjadi yang terbesar dalam satu hari sejak wabah dimulai pada bulan Desember.
Tedros mengatakan, kurangnya kepemimpinan global dan persatuan dalam memerangi virus adalah ancaman yang lebih besar daripada wabah itu sendiri. Terlebih lagi politisasi telah membuat pandemi semakin buruk.