Selasa 23 Jun 2020 16:01 WIB

Karyawan Google Rilis Petisi Larang Jual Produk ke Polisi AS

Google diminta tidak berbisnis dengan kepolisian AS yang rasis.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Google (Ilustrasi)
Foto: Wired
Google (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, OAKLAND -- Salah satu sumber mengatakan lebih dari 1.600 karyawan perusahaan induk Google, Alphabet Inc menandatangani petisi meminta perusahaan mereka berhenti menjual email berbayar dan layanan lain pada kepolisian. Petisi tersebut memperlihatkan kekecewaan karyawan.

Hal itu dilakukan sebab Google tidak bergabung dengan 'jutaan orang yang ingin memotong anggaran dan melemahkan kekuasaan' departemen kepolisian. Selama bertahun-tahun aktivis-aktivis hak sipil Amerika Serikat (AS) meminta agar anggaran dan wewenang polisi dikecilkan.

Baca Juga

Upaya itu mendapat momentum dan dukungan yang kuat pasca-kematian George Floyd di Minneapolis. Floyd, seorang laki-laki kulit hitam yang tewas dicekik oleh polisi kulit putih dengan lututnya selama 8 menit 26 detik memicu unjuk rasa anti-diskriminasi rasial dan brutalitas polisi di seluruh dunia.

"Kami harusnya tidak mencari untung dengan berbisnis dengan kepolisian rasis," kata petisi karyawan Google tersebut, Selasa (23/6).

Petisi itu menyinggung tentang penjualan paket G Suite, yang digunakan departemen kepolisian Clarkstown, New York, untuk mengirimkan email, mengedit atau menyimpan dokumen. Kepolisian Clarkstown belum dapat dimintai komentar.

"Kami sudah lama menetapkan platform komputasi awan seperti Gmail, G Suite dan Google Cloud tersedia untuk umum dan produk-produk ini tetap dapat digunakan pemerintah atau pihak berwenang lokal termasuk departemen kepolisian," kata salah seorang juru bicara Google.

Sebelumnya, Google pernah mendapat kritikan internal karena menjual produk dan bermitra dengan militer Amerika Serikat serta negara lain. Negara-negara yang para aktivis hak asasi manusia nilai otoritarian.

Perusahaan itu sudah menarik diri dari sejumlah kesepakatan seperti teknologi pengenalan wajah. Dalam merespons kekhawatiran mereka mengatakan akan tetap berkomitmen untuk membantu pemerintah dalam bidang keamanan siber dan isu lainnya.

"Kami berkomitmen untuk bekerja yang dapat menciptakan perbedaan nyata untuk melawan rasisme sistemik, dan dalam beberapa pekan terakhir pegawai kami telah membuat 500 produk, yang sedang kami tinjau," tambah juru bicara itu. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement