REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengakui, perjalanan hampir satu bulan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi hampir terlihat tidak ada lonjakan penambahan kasus Covid-19 di Jakarta. Anies mengatakan, hal itu berdasarkan data epidemiologi yang menjadi rujukan semua kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
"Kalau kita melihat data epidemiologi menunjukkan tidak ada lonjakan (kasus Covid-19). Kan kita melakukan PSBB transisi mulai tanggal 5 Juni, nah sekarang sudah tanggal 23, dan kemarin kita terima laporannya per dua pekan," ujar Anies kepada wartawan di Lapangan Blok G, Balai Kota, Selasa (23/6).
Lebih lanjut, Anies mengatakan, setelah PSBB transisi berjalan selama dua pekan meskipun ada penambahan kasus-kasus Covid-19 di beberapa tempat. Bahkan, kata dia, meskipun ada kasus-kasus baru, dan satu atau dua kasus tersebut bisa dilihat di beberapa tempat.
Namun secara umum, masyarakat Jakarta mentaati protokol kesehatan. "Secara umum, apakah semua (taat). Tentu tidak. Tapi secara umum warga Jakarta mentaati," terangnya.
Sebab kalau tidak menaati, ia menilai, pasti akan memperlihatkan lonjakan kasus, yang tampak pada data epidemiologi. Karena itu, Anies menegaskan, Pemprov DKI melihat secara skala kota, karena kalau hanya kasus per kasus pasti selalu bertambah.
Untuk semakin meningkatkan kesadaran warga Jakarta, Anies akan melibatkan kurang lebih 2.000 aparatur sipil negara (ASN) di tingkat Pemprov DKI, yang akan bertindak sebagai petugas pengawas dan penindak kegiatan masyarakat selama PSBB transisi. "Tujuannya selain semakin meningkatkan kesadaran warga menjaga protokol kesehatan juga kesiapan warga menuju masyarakat sehat, aman produktif setelah PSBB transisi," terang Anies.