Selasa 23 Jun 2020 18:18 WIB

1.300 Karyawan Kena Covid, Kasus Infeksi Terbesar di Jerman

Jerman dinilai berisiko terkena gelombang kedua pandemi virus Corona.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Lebih dari 1.300 karyawan pabrik pengemasan daging, Tonnies di Jerman dinyatakan positif terinfeksi virus Corona. Pihak berwenang Jerman langsung memberlakukan kembali tindakan penguncian atau lockdown secara lokal.

Perdana Menteri negara bagian Rhine-Westphalia Utara, Armin Laschet mengatakan, pihaknya akan kembali memberlakukan pembatasan sosial di distrik Gutersloh. Menurut Laschet, lockdown akan berlangsung hingga 30 Juni. Bar, museum, bioskop, dan gim akan ditutup dan pemerintah setempat kembali memberlakukan jaga jarak sosial.

Baca Juga

Laschet mengungkapkan, kasus virus Corona yang terkait dengan pabrik pengemasan daging merupakan insiden infeksi terbesar di Jerman. Seluruh karyawan di pabrik tersebut wajib melakukan karantina. Tak hanya itu, pemerintah setempat menempatkan petugas kepolisian untuk berjaga di sekitar pabrik dan menyediakan penerjemah untuk berbicara kepada pekerja migran.

"Kami telah memutuskan bahwa perlu ada tindakan lebih lanjut," ujar Laschet dilansir BBC.

Kepala Robert Koch Institute (RKI), Lothar Wieler mengatakan, Jerman berisiko terkena gelombang kedua pandemi virus Corona. Namun Wieler tetap optimistis bahwa negara tersebut mampu menghadapi gelombang kedua pandemi virus Corona.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khawatir dengan Jerman yang memiliki tingkat reproduksi virus mencapai 2,88 pada Ahad lalu. Jumlah tersebut berada di atas tingkat maksimum satu transmisi per orang.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, kurangnya kepemimpinan global dan persatuan dalam memerangi virus merupakan ancaman yang lebih besar daripada pandemi itu sendiri. Selain itu, politisasi telah membuat pandemi semakin buruk.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement