Rabu 24 Jun 2020 00:40 WIB

Novel Baswedan: Persidangan Sudah Jauh dari Nalar

Argumentasi jaksa dalam replik yang seolah membela dirinya tampak seperti sandiwara.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Agus Yulianto
Penyidik KPK Novel Baswedan
Foto: Republika/Thoudy Badai
Penyidik KPK Novel Baswedan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengaku, sudah tak menaruh harapan terkait persidangan dua penyerangnya. Pada Senin (23/6), Jaksa menyampaikan replik atau tanggapan atas nota pembelaan (pledoi) Ronny Bugis dan Rahmat Kadir. 

"(Persidangan) sudah terlalu jauh dari nalar saya. Susah untuk menaruh harapan dalam proses yang sedemikian jauh dari fakta-fakta dan kebenaran materiil," kata Novel dalam pesan singkatnya, Selasa (23/6).

Novel menilai, argumentasi jaksa dalam replik yang seolah membela dirinya sangat tampak seperti sandiwara  "Saya kira, orang awam pun tahu yang terjadi tidak demikan," ucap Novel.

Sebelumnya, Anggota Tim Advokasi Novel Baswedan, Kurnia Ramadhana menilai argumentasi Jaksa dalam replik untuk dua terdakwa penyerang Novel Baswedan  semakin memperlihatkan lakon sandiwara yang sempurna. Diketahui, 

Dalam replik terkait nota pembelaan (pledoi) dua terdakwa penyerang Novel, Ronny Bugis dan Rahmat Kadir, Jaksa menegaskan, alasan spontanitas menyiramkan air keras terhadap Novel tidak berdasar.

"Lakon sandiwara yang sempurna telah dipertontonkan ke publik di ruang persidangan," kata Kurnia kepada Republika, Senin (22/6).

Sebab, kata Kurnia,  argumentasi tersebut sudah tidak relevan lagi, lantaran Jaksa hanya menuntut ringan 1 tahun penjara kepada terdakwa. Kurnia mengatakan, jika saja Jaksa jernih dalam melihat fakta yang ada, seharusnya dua terdakwa tersebut dituntut bebas. 

"Karena tidak ada korelasi antara bukti yang dihadirkan dengan tindakan dari dua terdakwa," tegas Kurnia.

Saat ini Jaksa seolah-olah menunjukkan keberpihakannya pada korban kejahatan. Karena, selama proses persidangan baik dakwaan, unjuk bukti, dan tuntutan peran penuntut umum lebih terlihat sebagai penasihat hukum dari dua terdakwa dibanding sebagai representasi negara dengan mewakili kepentingan korban.

Pekan depan, dua terdakwa akan menyampaikan duplik atau menjawab replik Jaksa pada Senin (22/6).  Dalam repliknya, Jaksa menilai, kesimpulan yang disampaikan kuasa hukum terdakwa yang menyebut tidak ada maksud untuk mencelakai korban dalam hal ini Novel Baswedan tidak berdasar. Karena, akibat ulah kedua terdakwa, mata kiri Novel Baswedan tidak berfungsi dan mata kanan hanya berfungsi 50 persen.

"Dapat disimpulkan penasihat hukum mengatakan tidak ada maksud mencelakai korban, itu hanya keterangan terdakwa tanpa didukung alat bukti," tegas Jaksa.

"Padahal dalam fakta persidangan terungkapnketika ada pemberitaan soal Novel Baswedan telah berkhianat, sehingga timbul keinginan memberi pelajaran dan membuat Novel mengalami luka berat," tambah Jaksa.

Sehingga, penganiayaan berat hanya memberi pelajaran kepada Novel sangat tidak beralasan. Karena perbuatan kedua terdakwa mengakibatkan mata kiri Novel Baswedan tidak berfungsi dan mata kanan hanya berfungsi 50 persen.

"Dengan demikian, dalil penasihat hukum tidak ada maksud terdakwa celakai korban tidak beralasan sehingga tidak dapat diterima," tegas Jaksa.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement