REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah terus berupaya melakukan pemulihan ekonomi pada kuartal tiga dan empat 2020. Hal ini mengingat restriksi aktivitas ekonomi dan sosial untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad saat ini pandemi Covid-19 masih belum usai terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Bahkan, mulai dibukanya pusat perbelanjaan justru membuat masyarakat khawatir mengunjunginya.
“Keinginan masyarakat justru turun karena khawatir, masyarakat akan menghindari kawasan zona merah seperti Jakarta, Surabaya dan Jawa Barat,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Selasa (23/6).
Tauhid menilai semestinya pemerintah dapat menyesuaikan konsep new normal dan dibukanya pusat perbelanjaan berdasarkan karakteristik daerah masing-masing. Langkah ini diperlukan untuk meningkatkan suplai, sehingga menumbuhkan sektor ekonomi di kawasan tersebut.
“Kemarin pemerintah membuka sembilan sektor ekonomi secara langsung, itu menurut saya kurang pas. Wajib disesuaikan dengan karakteristik zona daerah masing-masing. Jika ada kawasan zona hijau tapi industrinya ada, langsung saja dibuka. Sebaliknya kalau di zona merah ada kawasan industri harus masih ditutup,” jelasnya.
Meski demikian, Tauhid mengingatkan pentingnya protokol kesehatan yang harus diterapkan masing-masing daerah jika sudah dibukanya pusat perbelanjaan.
“Seperti perbanyak tes swap gratis, tracking siapa terkena, langsung perbaiki infrastruktur harus diawasi 14 hari jangan sampai loss karena selam ini pengawasan tidak jalan,” ucapnya.
Dari sisi target pertumbuhan ekonomi pada kuartal tiga 2020, Tauhid memprediksi akan membaik dibandingkan kuartal kedua pada tahun ini.
“Saya melihat modelnya akan membaik tetapi tidak terlalu besar tidak jauh dari triwulan, meski secara akumulatif masih rendah. Pada akhir tahun diprediksi minus 0,2 persen, meskipun kuartal per kuartal pertumbuhan ekonomi meningkat,” ucapnya.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menambahkan kinerja ekonomi masih memiliki tantangan yang berat untuk bergerak pemulihan dalam waktu yang cepat. "Faktor utama terletak pada penanganan Covid 19 yang masih belum optimal," ucapnya.
Menurut Bhima dibukanya pusat perbelanjaan belum sejalan dengan daya beli konsumen. Hal ini mengingat faktor daya beli masyarakat yang rendah dan gelombang PHK menurunkan tingkat konsumsi rumah tangga. "Kita perlu perhatikan resiko gelombang kedua Covid 19," ucapnya.
Dari sisi kinerja investasi pun masih mempertimbangkan faktor resiko, jadi butuh waktu untuk pulih seperti sebelum pandemi. Kemudian dari sisi ekspor kecenderungan permintaan secara global masih melambat.
"Selama bulan Mei misalnya dibandingkan April kinerja ekspor non migas turun -14,8 persen. Industri mau beroperasi secara maksimal percuma juga ketika permintaan masih lemah," ucapnya.