Selasa 23 Jun 2020 19:38 WIB

Survei: Elektabilitas Gibran Naik, Purnomo Turun

Elektabilitas Gibran naik berdasarkan hasil survei jelang Pilkada Solo.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Bayu Hermawan
Peneliti dari Solo Raya Polling, Suwardi, memaparkan mengenai hasil survei Pilkada Solo tahun 2020. Survei tersebut menunjukkan elektabilitas putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, naik signifikan mencapai 307 persen
Foto: Republika/binti sholikah
Peneliti dari Solo Raya Polling, Suwardi, memaparkan mengenai hasil survei Pilkada Solo tahun 2020. Survei tersebut menunjukkan elektabilitas putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, naik signifikan mencapai 307 persen

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Elektabilitas bakal calon Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, naik signifikan dalam waktu enam bulan terakhir, berdasarkan hasil survei Pemetaan Politik Pilkada Solo Tahun 2020, yang digelar oleh Solo Raya Polling. Sementara elektabilitas Achmad Purnomo, yang bersaing dengan putra Presiden Jokowi untuk mendapatkan tiket dari PDIP, mengalami penurunan.

Berdasarkan survei, elektabilitas Gibran pada Juli 2019 lalu, hanya berada di angka 13 persen. Sementara Achmad Purnomo unggul jauh dengan elektabilitas sebesar 38 persen. Namun, pada Januari 2020, elektabilitas Gibran melonjak menjadi 40,4 persen menempel ketat elektabiltas Achmad Purnomo yang berada di angka 46,6 persen.

Baca Juga

"Data ini mengindikasikan mesin politik Gibran bekerja lebih baik dibanding Purnomo," kata peneliti dari Solo Raya Polling, Suwardi saat jumpa pers, Selasa (23/6).

Dosen Program Pascasarjana Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo tersebut menambahkan, tren elektabilitas Gibran tumbuh dengan cepat antara Juni 2019 ke Januari 2020 dan berlanjut meningkat hingga Juni 2020. Sedangkan tren Purnomo tumbuh sedikit lebih tinggi antara Juni 2019 ke Januari 2020, tetapi cenderung menurun lebih rendah di Juni 2020. 

"Hingga pertengahan Juni 2020, elektabilitas Gibran mencapai angka 55 persen, sedangkan elektabilitas Purnomo turun di angka 36 persen," ujarnya.

Berdasarkan survei tersebut, turunnya elektabilitas Purnomo salah satunya disebabkan respons negatif masyarakat terkait isu kemundurannya dari bursa Pemilihan Wali Kota (Pilwakot). Terlebih, Purnomo menerima kembali permintaan untuk maju setelah surat pengunduran dirinya ditolak Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan.

"Kalau kita lihat terdapat irisan antara kenaikan elektabilitas Gibran dengan penurunan elektabilitas Purnomo ada di bulan Maret. Itu adalah saat pandemi datang. Menurut analisis saya, mesin politik Gibran tetap bekerja dengan membagi sembako terus menerus, sedangkan mesin politik Purnomo tidak bekerja secara masif," jelasnya.

Meski demikian, dari sisi popularitas, Gibran dan Purnomo masih sama-sama tinggi. Hasil survei menunjukkan, popularitas Purnomo sebesar 94 persen, sedikit lebih rendah dari popularitas Gibran yang mencapai 99 persen. 

Selain dua nama tersebut, bakal calon Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa memiliki popularitas di angka 74 persen, serta Ketua DPRD Solo Budi Prasetyo popularitasnya sebesar 39 persen.

"Popularitas Gibran dan Purnomo sudah sangat matang. Masing-masing di atas 90 persen. Lebih dari yang dibutuhkan oleh seorang kandidat bakal calon kepala daerah, yaitu 80 persen. Kalau ada kandidat sampai enam bulan sebelum pencoblosan belum menembus angka 80 persen lebih baik balik kanan saja," ucapnya.

Melalui data hasil survei tersebut, Solo Raya Polling mencoba membuat simulasi pemungutan suara. Apabila Gibran dipasangkan dengan Purnomo, peluang pasangan Gibran-Purnomo untuk menang sangat tinggi, mencapai 91 persen. Jika Gibran dipasangakan dengan Budi Prasetyo, maka kemenangan hanya sebesar 74 persen. Sedangkan jika Gibran dipasangkan dengan Teguh Prakosa, maka peluang kemenangan mencapai 77 persen.

"Kalau kami memprediksi pasangan independen yang akan maju hanya mendapatkan angka 2 persen hingga 3 persen," ungkapnya.

Survei tersebut dilakukan selama sepekan pada 14 hingga 20 Juni 2020 dengan populasi survei penduduk Kota Solo yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT) pemilu 2019. Penarikan sampel menggunakan random sampling dengan kerangka sample DPT TPS pada titik lokasi survei (TLS). 

Distribusi TLS dilakukan dengan memperhatikan sebaran wilayah. Jumlah titik lokasi survei sebanyak 126 TLS dengan jumlah responden untuk masing - masing delapan orang di setiap TLS. Jumlah keseluruhan sampel sebanyak 1.008 responden. Besaran sampel tersebut dianggap memenuhi kriteria tingkat signifikansi pada posisi 95 persen dengan kerapatan tinggi (50:50) dengan margin error 3,5 persen.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement