Selasa 23 Jun 2020 21:58 WIB

Sebelum Dibukukan, Alquran Masih Berbentuk Hafalan-Hafalan

Alquran ketika pertama kali diturunkan adalah berupa kalam lewat Jibril.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Alquran ketika pertama kali diturunkan adalah berupa kalam lewat Jibril. Membaca Alquran (ilustrasi)
Foto: Muhammad Rizki Triyana (Republika TV)
Alquran ketika pertama kali diturunkan adalah berupa kalam lewat Jibril. Membaca Alquran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Alquran merupakan literasi yang pertama kali dibukukan dalam sejarah Islam. Sebelum dibukukan menjadi sebuah mushaf ayat-ayat Alquran ini tersebar di beberapa media seperti tulang, batu, pelepah kurma dan lainya sebagainya termasuk ingatan para sahabat. 

Ustaz Ahmad Sarwat Lc, MA dalam bukunya "Sejarah Alquran" mengatakan pembukuan Alquran ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan salah satu nama Alquran, yaitu Al-Kitab. 

Baca Juga

Maksudnya ketika belum diturunkan, Alquran itu tidak berwujud buku, tapi berupa suara Malaikat Jibril yang menirukan kalamullah (perkataan Allah SWT).  

Jadi kata, Ustadz Ahmad, kita jangan pernah membayangkan Jibril turun membawa sebuah buku bertuliskan ayat-ayat Alquran dalam aksara Arab, yang berisi 6.236 ayat, 30  juz, dan 114 surat. "Apalagi sampai ada terjemahannya berbahasa Indonesia yang sudah direvisi. Tidak, sama sekali tidak," katanya.

Jibril, kata Ustadz Ahmad, tidak membawa apa-apa di tangannya. Dia hanya membacakan Alquran dengan suaranya. Lalu didengarkan  Nabi Muhammad SAW, masuk ke hati sanubari Nabi Muhammad SAW dan tersimpan abadi.   

Diaa mengatakan, dalam sirah nabawiyah, diceritakan bahwa ketika Nabi SAW turun dari Gua Hira dan pulang  menemui Khadijah, Nabi SAW sama sekali tidak membawa apapun di tangannya, entah itu kulit atau batu atau media apapun yang bertuliskan ayat Alquran. 

"Beliau SAW hanya bingung bercampur ketakutan seraya meminta Khadijah untuk menyelimutinya," katanya. 

Saat turun gunung itu Muhammad SAW meminta istrinya Khadijah sambil masih merasa ketakutan. Nabi sendiri tak mengetahui bahwa itu wahyu atau kalam Allah yang diberikan kepadanya melalui  Jibril. 

"Zammiluni, zammiluni atau selimuti  aku selimuti aku, demikian pintanya berulang-ulang," kata Nabi.

Khadijah kemudian bertanya kepada sapupunya yang kebetulan seorang pendeta nasrawi, bernama Waraqah bin Naufal, tentang keadaan yang menimpa diri suaminya.

Pada saat itu juga, tidak diceritakan bahwa Khadijah membawa potongan ayat yang baru saja turun. "Seandainya memang Jibril datang membawa benda bertuliskan ayat Alquran, pastilah benda itu juga akan dibawa serta dan ditunjukkan kepada sang pendeta," katanya.

Namun sejarah sama sekali tidak berbicara tentang ada ayat Alquran yang tertulis di atas sebuah media di masa itu. Ini sebuah bukti bahwa wahyu yang turun kala itu memang jelas bukan dalam bentuk tulisan, melainkan hanya dalam wujud suara dan perkataan saja. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement