Rabu 24 Jun 2020 06:57 WIB

China yang Kian Menggurita, Mungkinkah AS Tergeser?

Turki termasuk salah satu negara yang sudah memakai yuan untuk transaksi perdagangan.

Red: Joko Sadewo
Presiden China Xi Jinping bersiap menyampaikan pidatonya saat makan malam peringatan 70 tahun China di Great Hall of the People di Beijing, Senin (30/9).
Foto: AP Photo/Andy Wong
Presiden China Xi Jinping bersiap menyampaikan pidatonya saat makan malam peringatan 70 tahun China di Great Hall of the People di Beijing, Senin (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Teguh Firmansyah*

Harus diakui peran China dalam percaturan internasional makin berpengaruh, baik secara aspek politik maupun ekonomi. Secara politik, China memainkan peranan kunci dalam peta konflik di dunia.  China mempunyai "perseteruan" dengan banyak pihak, terutama dalam hal sengketa perbatasan. Di Laut China Selatan, China memiliki sengketa dengan negara-negara ASEAN, mulai dari Filipina, Vietnam, Malaysia, hingga Indonesia.

Klaim sembilan garis putus-putus yang menjadi dasar China untuk menguasai Laut China Selatan telah ditolak oleh putusan arbitrase pada 2016. Namun, karena Laut China Selatan terbilang kaya dan strategis sebagai salah satu jalur perdagangan maritim dunia, China tak mau melepaskannya begitu saja. Negara Tirai Bambu ini bahkan memperkuat kehadiran militernya di kawasan tersebut.

Masih ingat bagaimana kapal penjaga pantai China mengawal kapal nelayan mereka memasuki wilayah RI di perairan Natuna? Hal itu pun terjadi berulang karena China memegang pedoman berbeda dengan Indonesia terkait perbatasan.