REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris telah mengumumkan aturan kelonggaran lockdown di masa pandemi Covid-19. Salah satu pedoman yang termuat dalam kelonggaran itu adalah mengizinkan bioskop untuk kembali beroperasi mulai 4 Juli 2020.
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson berbicara kepada parlemen pada Selasa (23/6) waktu setempat setelah bertemu kabinetnya di pagi hari. Keputusan pemerintah bertujuan untuk mulai memulihkan sektor seni dan budaya.
Sejumlah fasilitas rekreasi dan tempat wisata boleh buka kembali, jika pengelola dapat melakukannya dengan aman. Selain bioskop, hal sama berlaku untuk gym, taman bermain, museum, galeri, taman hiburan, perpustakaan, klub sosial, tempat ibadah, dan pusat komunitas.
"Kami juga akan bekerja sama dengan industri seni dengan mengeluarkan panduan khusus untuk memungkinkan paduan suara, orkestra, dan teater untuk melakukan pertunjukan langsung sesegera mungkin," kata Johnson dalam pidatonya.
Meski ada kelonggaran lockdown, masyarakat tetap diminta memerhatikan aturan jarak sosial yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Anjurannya, menjaga jarak aman dengan orang lain sejauh satu meter.
Aturan itu melonggar, karena selama lockdown, jarak sosial yang disarankan sejauh dua meter. Pemerintah sangat ingin memulai kembali ekonomi Inggris yang macet, tercermin dalam panduan untuk membuka kembali bisnis mulai dari salon hingga hotel.
Dikutip dari laman Hollywood Reporter, Rabu (24/6), ketetapan yang diumumkan Johnson hanya berlaku di Inggris. Wilayah lain di Britania Raya, yakni Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara, menerapkan rencana lockdown yang berbeda.
Sebagian ilmuwan khawatir keputusan pemerintah Inggris terlalu cepat. Jumlah harian korban meninggal dunia dan infeksi baru di Inggris telah turun signifikan dari puncak di bulan April, tapi angka kasus baru masih tinggi, sekitar 1.000 atau lebih per hari.
"Ini terlalu dini. Keluar dari lockdown terlalu dini sangat berisiko," ungkap mantan kepala penasihat ilmiah untuk pemerintah Inggris, David King.
Inggris memiliki angka kematian akibat corona tertinggi di Eropa, yang sekarang sudah mencapai hampir 42.700 korban. Itu juga merupakan angka kematian tertinggi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Brasil, yang memiliki populasi jauh lebih besar.
Selaras dengan King, juru bicara WHO Margaret Harris mendesak pemerintah Inggris untuk berhati-hati. Menurut Harris, kondisi pandemi Covid-19 di Inggris cukup kompleks. Pemerintah diminta tidak lengah meski ada penurunan.
"Penurunan jumlah kasus dan ada jauh lebih sedikit orang meninggal dalam beberapa hari terakhir adalah berita yang sangat bagus. Jadi sekarang adalah momen untuk merayakan itu dengan bersikap sangat hati-hati," ujar Harris.