Rabu 24 Jun 2020 10:36 WIB

Survei: Kandidat di Pilgub Sumbar Belum Maksimalkan Media

Kandidat masih abai dengan fenomena adanya Covid-19 dan banyak warga berada di rumah.

Pilkada (ilustrasi)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pilkada (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kontestasi Pemilihan Gubernur Sumatera Barat yang akan digelar pada 9 Desember 2020 ternyata dari hasil survei yang melibatkan 259 responden dan dilaksanakan oleh Pusat Kajian Media dan Komunikasi Politik Universitas Andalas, menurut Direkturnya Najmuddin M Rasul PhD menyebutkan para kandidat belum lagi memanfaatkan media secara optimal.

"Padahal responden mengakui media menjadi sumber informasi politik dan jadi tempat menyalurkan opini mereka," kata Najmuddin, di Padang, Rabu (24/6).

Di tengah pandemi Covid-19 yang mengakibatkan banyak warga mengurangi aktivitas di luar ruang dan lebih banyak berada di rumah. Kondisi ini sangat bagus bagi kandidat dalam mendiseminasikan informasi terkait rencana kerja saat dipercaya memimpin daerah, namun disayangkan kandidat masih abai dengan fenomena di atas.

Menurut pakar ilmu komunikasi publik Unand itu, survei dilaksanakan 18 sampai dengan 22 Juni 2020 dengan tujuan mengetahui bagaimana pendapat responden tentang penggunaan media, perubahan norma dan partisipasi politik warga dalam Pemilihan Gubernur Sumbar 2020.

"Kami menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei, dengan populasi survei adalah semua warga Sumbar yang memiliki hak pilih, sedangkan data dikumpulkan melalui kuesioner yang dikirim ke responden melalui media google form," ujar Najmuddin yang pernah mencalonkan sebagai rektor Universitas Andalas itu.

Dia menjelaskan data diolah dengan menggunakan SPSS series 21, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden umumnya berpendidikan tinggi dengan umur rata-rata 21-40 tahun, dan menjadikan media sebagai sumber informasi politik.

Hasil survei terungkap responden ikut proses politik karena kesadaran sendiri, namun responden mengatakan mereka tidak mau terlibat dalam aktivitas kampanye baik terbuka maupun tertutup.

Responden mengatakan bahwa mereka tidak pernah berkomunikasi dengan kandidat melalui media sosial, namun jika pilkada dilaksanakan sekarang, maka mereka umumnya akan ikut memilih.

"Dalam hal kebijakan politik pemerintah, umumnya responden mengatakan mereka jarang sekali terlibat seperti penandatanganan petisi demonstrasi, namun seringkali melakukan diskusi dengan tokoh-tokoh informal untuk membahas masalah politik," kata dia.

Survei yang dilaksanakan secara independen ini melibatkan 61,6 persen laki-laki dan 48,4 persen perempuan. Umur responden terbanyak 22-40 tahun yaitu 40 persen, antara 17-21 tahun sebanyak 27,2 persen, usia 41 ke atas sebanyak 32,8 persen. Dengan demikian survei diikuti oleh responden yang telah memiliki hak pilih.

Dari hasil survei terungkap responden memperoleh informasi tentang pilgub melalui media sosial facebook sebanyak 32 persen, instagram sebanyak 35,2 persen dan lainnya. Media mainstream lebih sering 31,2 persen menjadi sumber informasi pilkada dari koran sebanyak 30,3 persen, dan radio sebanyak 26,3 persen. Artinya, KPU bisa menggunakan semua media untuk sosialisasi pilkada.

Dari survei juga terungkap sebanyak 58 persen responden menyatakan sangat penting dalam menyalurkan hak pilih, 37 persen menilai penting dan sisanya menyatakan tidak penting dan sangat tidak penting.

"Dari pernyataan responden itu menunjukkan bahwa jika pilkada dilakukan sekarang, maka umumnya responden akan ikut memilih," ujar Najmuddin.

Alasan responden memilih adalah sebagai aktualisasi dari kesadaran politik (98,1 persen), lainnya alasan primordial dan tidak satu pun yang menyatakan memilih karena diiming-imingi uang serta tekanan.

Terkait dengan keikutsertaan responden dalam aktivitas kampanye tertutup, sebanyak 54,9 persen responden menyatakan tidak pernah dan hanya 1,2 persen menyatakan sangat sering, lainnya kadang-kadang, jarang dan sering. Begitu juga dengan kampanye terbuka 48,6 persen menyatakan tidak pernah ikut, dan hanya 2,8 persen pernah yang menyatakan sangat sering.

Untuk keikutsertaan responden dalam memasang media luar ruang berupa baliho, spanduk dan poster sebanyak 68,1 persen menyatakan tidak pernah, lainnya menyatakan jarang, kadang-kadang dan sebanyak 1,9 persen mengaku sangat sering.

Dari hasil survei tersebut, Najmuddin mengingatkan para kandidat bisa memaksimalkan penggunaan media, menjalin komunikasi intensif dengan tokoh informal serta menggunakan strategi yang tepat dalam berkampanye antara kelompok masyarakat berpendidikan tinggi dengan bukan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement