REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Emiten yang bernaung di Wall Street kemungkinan akan memotong bonus tahun ini sebesar 15-20 persen. Menurut laporan konsultan kompensasi, Johnson Associates Inc, para emiten juga akan mengurangi jumlah karyawannya secara signifikan.
Pandemi Covid-19 telah memaksa banyak perusahaan untuk melakukan efisiensi. Sejumlah perusahaan juga mengatakan tidak memerlukan banyak karyawan untuk melakukan beberapa pekerjaan tertentu.
"Teknologi telah menunjukkan kepada kita bahwa kita tidak membutuhkan sebanyak mungkin orang," kata Johnson dikutip Reuters, Rabu (24/6).
Di sisi lain, memangkas jumlah karyawan akan menambah pengeluaran perusahaan. Pasalnya, perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk membayar pesangon para karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Bagi mereka yang masih bekerja, pemberian kompensasi insentif akan diawasi secara ketat. Bank sangat mempertimbangkan kinerja mereka selama krisis Covid-19 dan selama gerakan Black Lives Matter berlangsung.
Selain karyawan, pengawan kompensasi juga diberlakukan terhadap pimpinan eksekutif di perusahaan publik. "Dengan dampak Covid-19 dan fokus terbaru pada keadilan dan kesetaraan, itu akan memerlukan analisis yang bijaksana dan keseimbangan kinerja, prioritas kompetitif dan masyarakat, dan harapan pelanggan dan karyawan," tulis Johnson.
Rasio antara upah pimpinan eksekutif dan karyawan yang diterbitkan bank setiap tahun, akan menjadi perhatian yang signifikan tahun ini.